blank
Ahmad Khairudin atau Adin. Foto: Dok Hysteria

Dalam sesi diskusi yang dihadiri oleh anggota DPR RI Samuel Wattimena, Bernadetta L. S., dan juga dibuka oleh Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau biasa dipanggil Mbak Ita, telah menjadi ajang reuni bagi pegiat seni dan budaya di kota lunpia ini.

Samuel Wattimena selaku dewan sangat mengapresiasi hadirnya film dokumenter ini di Semarang karena telah memberikan penanda dan juga inspirasi bagi pegiat lainnya.

“Selaku anggota DPR yang membawahkan urusan ekonomi kreatif, pariwisata, dan UMKM, apa yang dilakukan Hysteria sedianya bisa memantik keberanian bagi pegiat lain untuk terus konsisten di jalur yang mereka tekuni,” ujarnya.

Sementara itu Adin, selaku direktur Hysteria menambahkan, premier ini merupakan penutup atas rangkaian program di tahun 2024 sekaligus pembuka untuk program setahun mendatang.

“Kami masih menggarap konsep dan mencari sumber pendanaan untuk festival besarnya di tahun 2025 mendatang,” ucapnya.

Pihaknya mempersiapkan serangkaian festival, riset, simposium untuk penyelenggaraan sites specific art project biennale tahun ke lima dengan mengambil tema ‘Tulang Lunak Bandeng Juwana’.

Alih-alih kampanye produk makan, tulang lunak ‘Tulang Lunak Bandeng Juwana’ adalah manifesto seni yang dipromosikan Hysteria untuk menyikapi ekosistem seni dan budaya di Kota Semarang.

“Untuk bisa bertahan dan panjang umur, di Semarang kita perlu adaptif seperti bandeng yang telah dipresto, begitulah kami memaknai tulang lunak dalam kerja-kerja kebudayaan kami,” pungkasnya.

Adin sendiri kini tercatat sebagai Ketua Komite Ekonomi Kreatif (KEK) Jateng, yang banyak terlibat dalam berbagai kegiatan kreatif dan menjadi narasumber di berbagai seminar dan diskusi tentang ekonomi kreatif.

Hery priyono