blank
Prof. Rev. Yusak Budi Setyawan, S.Si., MATS, Ph.D., Guru Besar UKSW. Foto: UKSW

SALATIGA (SUARABARU.ID) – Dunia pendidikan teologi Indonesia kembali berbangga atas prestasi Prof. Rev. Yusak Budi Setyawan, S.Si., MATS, Ph.D., Guru Besar Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) baru-baru ini.

Prof. Yusak menerima penghargaan internasional “Alumni Ministry and Service Recognition 2024” dari Anabaptist Mennonite Biblical Seminary (AMBS) yang berbasis di Elkhart, Indiana, Amerika Serikat.

Penghargaan ini diberikan kepada Prof. Yusak pada Senin (11/11/2024-Eastern Time, Amerika Serikat) atau Selasa (12/11/2024-Western Indonesian Time), dalam ceremony yang diselenggarakan secara daring.

Penghargaan ini merupakan penghargaan bergengsi yang diberikan kepada alumni dengan dedikasi luar biasa dalam pelayanan dan pengabdian di berbagai bidang, mencakup komunitas, lembaga pendidikan, serta organisasi akademik. “Penghargaan ini adalah anugerah yang tidak saya bayangkan sebelumnya,” ucap Prof. Yusak dengan nada rendah hati saat ditemui, Rabu (13/11/2024).

“Selama ini, yang saya lakukan hanya menjalani panggilan saya sebagai dosen dan pendeta dengan riang gembira. Saya mengajar, meneliti, dan melayani dengan sepenuh hati, tanpa pernah memikirkan penghargaan,” tambahnya.

Sebagai seorang akademisi yang penuh dedikasi, Prof. Yusak bukan hanya seorang pendidik tetapi juga pemimpin. Di Indonesia, beliau pernah menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Sekolah-Sekolah Teologi Indonesia (PERSETIA) dan dipercaya sebagai asesor oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN-PT).

Di dunia internasional, beliau juga berkiprah sebagai konsultan dan expert pada lembaga-lembaga teologi ternama seperti M-21 di Basel, Swiss, dan ATESEA di Filipina. Komitmen Prof. Yusak terhadap pendidikan dan pelayanan teologi telah membawanya ke berbagai penjuru dunia, baik sebagai pembicara, peneliti, maupun konsultan.

“AMBS adalah tempat yang sangat berkesan bagi saya. Di sana, saya menyelesaikan gelar Master of Arts in Theological Studies (MATS) hanya dalam waktu kurang dari satu tahun dari 2002 hingga 2003, padahal program biasanya membutuhkan waktu dua hingga tiga tahun,” kenangnya.

Ia mengaku bahwa pengalaman tersebut membentuk cara pandangnya terhadap pendidikan yang menyenangkan, mendukung, dan bebas dari persaingan egois. “Saya ingin menerapkan semangat akademik yang sama di UKSW, di mana dosen, staf, dan mahasiswa dapat tumbuh bersama dalam suasana yang penuh persaudaraan,” tutur Prof. Yusak.

Melayani Tuhan dan sesama

Di balik setiap prestasi yang ia raih, Prof. Yusak juga memiliki prinsip hidup yang kuat. “Motivasi saya adalah melayani Tuhan dan sesama,” ungkapnya.

Terlahir dari keluarga Kristen yang aktif dalam pelayanan gereja, beliau memiliki panggilan yang tulus untuk melayani melalui jalur pendidikan tinggi. Bagi Prof. Yusak, pendidikan adalah cara paling efektif untuk melakukan transformasi masyarakat. “Yesus dan Mahatma Gandhi pernah menyatakan bahwa perubahan masyarakat dimulai dari perubahan diri. Dengan pendidikan, kita bisa membentuk bukan hanya gereja, tetapi komunitas secara keseluruhan,” jelasnya.

Motivasi pengabdiannya berpijak pada keyakinan bahwa pendidikan adalah sarana penting dalam proses transformasi masyarakat secara holistik, sejalan dengan apa yang diyakininya sebagai panggilan pelayanan yang utuh.

Sebagai figur yang produktif di bidang publikasi, Prof. Yusak juga telah menghasilkan lebih dari 120 karya ilmiah yang mencakup artikel, buku, dan bab buku yang diterbitkan di jurnal nasional maupun internasional terkemuka. Karya-karyanya, seperti “The Clash of Imaginations on the Identity of the Messiah” dan “The Church and LGBTQ: Towards the Church as an Inclusive Communion of Disciples,” mencerminkan perspektif teologi kritis dan komitmen terhadap inklusivitas dalam gereja dan masyarakat.

Dengan beragam prestasi, penghargaan dari AMBS ini adalah yang ke-18 baginya. Bagi Prof. Yusak, penghargaan ini merupakan refleksi dari dukungan dan pengakuan terhadap dedikasinya dalam menciptakan dampak yang transformatif di berbagai konteks. Penghargaan ini menjadi bukti nyata kontribusinya dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 4 Pendidikan Berkualitas, nomor 16 Perdamaian, keadilan, dan Kelembagaan yang Kuat.

Ning S