Peringatan hari Habitat Dunia dan Kta Dunia tersebut, kata Faruq, merefleksikan kelayakan kota sebagai tempat tinggal kita. Terutama di tengah ancaman krisis iklim yang semakin kita rasakan, seperti meningkatkanya suhu di kota-kota kita.
Di tengah pesatnya pertumbuhan kota dan meningkatnya perhatian terhadap isu-isu lingkungan, Faruq menawarkan konsep Kota Hijau untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang mempertahankan kualitas hidup serta keberlangsungan lingkungan.
“Kota Tegal punya potensi luar biasa untuk menjadi kota hijau yang berkelanjutan. Kita memiliki laut, aliran sungai, dan ruang perkotaan yang bisa dikembangkan secara ramah lingkungan,” ujar Faruq.
Sebagai arsitek, dia melihat pentingnya keseimbangan antara pembangunan dan keberlanjutan lingkungan. “Setiap proyek pembangunan di Tegal harus membawa manfaat jangka panjang, baik secara ekonomi maupun ekologis,” lanjutnya.
Dalam penjelasannya, Faruq mengungkapkan rencana memperketat regulasi tata ruang, khususnya di wilayah pesisir dan pemukiman padat. Langkah ini ditujukan untuk mencegah degradasi lingkungan serta menjaga keseimbangan ekosistem lokal.
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan komitmennya untuk menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH) di seluruh penjuru kota. Dengan banyaknya ruang hijau publik, Faruq bertekad menjadikan Tegal lebih asri dan nyaman bagi seluruh warganya.
Tak hanya itu, Faruq juga memprioritaskan pengembangan sistem transportasi hijau yang ramah lingkungan. Ia merencanakan pembangunan infrastruktur transportasi yang mendorong penggunaan sepeda, jalur pejalan kaki, serta layanan transportasi umum berbasis energi terbarukan.
Faruq percaya bahwa pendekatan ini tidak hanya akan mengurangi emisi karbon tetapi juga meningkatkan kualitas hidup warga dengan menciptakan lingkungan yang lebih sehat.
Gagasan Forum Komunitas Hijau
Faruq menggarisbawahi bahwa program Kota Hijau ini tidak akan berjalan tanpa dukungan dari berbagai pihak. Menurutnya, keberhasilan visi ini sangat bergantung pada komitmen dan sinergi lintas sektor, mulai dari pemerintah daerah hingga masyarakat. Karena itu, ia berencana membentuk Forum Komunitas Hijau sebagai wadah bagi warga untuk berperan aktif dalam menjaga dan mengembangkan ruang hijau.
“Kota hijau adalah kota yang melibatkan semua elemen masyarakat. Tidak cukup hanya kebijakan, tetapi harus ada dukungan dari setiap warga. Karena itu, kami akan menginisiasi forum komunitas hijau di Tegal yang akan berfungsi sebagai penggerak dan penjaga komitmen kita bersama,” tutur Faruq.
Dengan semangat dan tekad yang kuat, Faruq optimistis bahwa Tegal bisa menjadi kota yang bukan hanya unggul dalam aspek ekonomi dan infrastruktur, tetapi juga ramah lingkungan dan lestari. “Kota ini adalah rumah bagi kita semua. Kita harus menjaganya agar tetap hijau, nyaman, dan lestari untuk anak-cucu kita di masa depan,” ujar Faruq.
Dengan visi Kota Hijau ini, Faruq berharap bahwa Pilkada bisa menjadi ajang pertukaran gagasan berbobot termasuk isu keberlanjutan lingkungan. “Sudah seharusnya demokrasi kita naik kelas, tidak hanya berkutat dengan isu-isu lama, tapi juga gagasan baru yang visioner termasuk visi kepemimpinan yang adaptif terhadap tantangan aktual seperti krisis iklim,” pungkas Faruq.
Di Pilkada Kota Tegal 2024, Faruq mengusung visi “Tegal Maju Cemerlang”, dengan empat pilar utama: Cerdas, Modern, Religius, dan Gemilang. Pemuda asli Tegal ini berlatar belakang arsitek. Ia menamatkan gelar sarjananya dari jurusan Arsitektur, Universitas Islam Indonesia (UII) pada tahun 2008.
Beberapa tahun terakhir, Faruq lebih banyak berada di Australia untuk studi lanjut. Faruq merupakan kandidat doktor perencanaan kota dan wilayah di University of South Australia. Gelar master bidang yang sama juga ia peroleh di kampus tersebut.
“Saya akan manfaatkan semaksimal mungkin pengetahuan dan pengalaman saya sebagai arsitek untuk menata kota tanah kelahiran saya, termasuk merealisasikan konsep Kota Hijau,” pungkas Faruq.
Rls