blank
Consul General Australia for Indonesia, Glen Askew, bersama para alumni Short Course Australia Awards Indonesia berfoto bersama di Rumah Pompa Yos Sudarso, Selasa sore 15 Oktober 2024. foto : hery priyono/sb.id

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Penerapan teknologi tepat guna dalam menyelesaikan permasalahan sosial menjadi penting sekarang ini. Salah satunya seperti penggunaan artificial inteligent (AI) dan internet of thing (IoT) untuk menangani permasalah banjir dan air pasang.

Konsul Jenderal Australia di Surabaya, Glen Askew, beserta alumni studi singkat Australia Awards Indonesia berkunjung ke Stasiun Rumah Pompa Yos Sudarso, Semarang, menyaksikan demonstrasi teknologi “Tide Eye”, Selasa sore 15 Oktober 2024.

“Tide Eye” adalah riset yang didukung KONEKSI yang melibatkan Universitas Wollongong (Australia) dengan Universitas Telkom, BBWS Pemali-Juana, Kementerian PUPR, dan PT. Hilmy Anugerah Consulting Engineer Ltd (Indonesia).

Adapun teknologi “Tide Eye” mengembangkan solusi yang terjangkau untuk mengurangi kerugian akibat banjir dan air pasang di Pantai Utara Jawa.

“Proyek ini merupakan contoh kolaborasi yang sangat baik antara akademisi, sektor swasta, dan pemerintah yang bertujuan untuk mendorong pembangunan ekonomi dan sosial,” kata Glen Askew.

Kunjungan yang dihadiri oleh alumni kursus singkat Australia Awards ini bertujuan untuk melihat langsung implementasi proyek “Tide Eye”, sebuah penelitian kolaboratif yang berhasil menghasilkan inovasi yang tepat guna.

Hal ini sesuai dengan tema studi singkat yang diikuti oleh para alumni tersebut “Towards a knowledge-based economy: Supporting Indonesia’s Research and Innovation Agenda”.

Studi singkat kerjasama antara Australia Awards Indonesia (AAI) dan program KONEKSI bertujuan memperkuat kapasitas para pembuat kebijakan dan pelaku riset-inovasi dalam mengembangkan kebijakan dan regulasi inovasi.

Studi ini sendiri diikuti oleh sebanyak 29 peserta yang berasal dari sejumlah lembaga pemerintah, swasta, dan beberapa peneliti lintas akademis dan lembaga.

“Tide Eye” dikembangkan untuk membantu Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana (BBWS) memantau permukaan air laut dan risiko banjir rob di Kota Semarang dan Pekalonganberbasis kecerdasan buatan (AI/IoT).

blank
Consul General Australia for Indonesia, Glen Askew, mendengarkan penjelasan Principal Investigator Riset Universitas Telkom, Miftadi Sudjai, terkait penerapan sistem AI dan IoT dalam penanganan banjir di Rumah Pompa Yos Sudarso, Selasa sore 15 Oktober 2024. foto : hery priyono/sb.id

Menurut principal investigator riset dari Universitas Telkom, Dr. Miftadi Sudjai, kedua kota di pesisir utara Jawa Tengah ini sangat rentan terhadap banjir rob, terutama akibat perubahan iklim yang memicu cuaca ekstrem.

“Sistem ini akan memberikan solusi yang hemat biaya, sesuai kebutuhan, dan terukur untuk mendigitalisasi pemantauan dan memprediksi risiko banjir. Dengan demikian, efisiensi dan akurasi pemantauan akan meningkat, serta kerugian akibat banjir dapat dikurangi,” katanya.

Dalam kunjungan ini, Dr. Asep Suhendi, salah satu dari peneliti dari Universitas Telkom menyampaikan kemajuan signifikan. Menurutnya dalam pengumpulan data menggunakan drone yang diterbangkan di atas stasiun pompa Pekalongan, ada ribuan gambar dan video yang telah berhasil dikumpulkan dan diubah menjadi data visual.

“Hal ini (pemetaan gambar menggunakan drone) menjadi fondasi bagi AI agar mampu memprediksi banjir rob dengan akurat,” katanya lebih lanjut.

Tak hanya mengumpulkan data, “Tide Eye” juga dilengkapi kecerdasan buatan yang mampu mendeteksi pasang surut air laut, mengidentifikasi area terdampak banjir dari visual drone, dan memantau permukaan air melalui kamera.

Adapun sistem peringatan dini banjir pun telah diimplementasikan, menjadikan “Tide Eye” sistem terpadu untuk menanggulangi banjir rob air pasang.

Diperkirakan ada jutaan penduduk di Semarang dan Pekalongan yang mata pencahariannya terdampak akibat hilangnya lahan produktif. Jika tidak ditanggulangi dengan baik, kondisi ini akan semakin memburuk di masa depan.

“Proyek “Tide Eye” diharapkan dapat menjadi model bagi permasalahan serupa di kawasan lainnya di Indonesia,” katanya.

Sementara itu, Direktur Perumusan Kebijakan Riset, Teknologi, dan Inovasi BRIN, Dudi Hidayat, dalam kesempatan tersebut mengatakan, lembaganya merupakan salah satu yang terlibat dalam riset project KONEKSI Australia – Indonesia tersebut.

“Selama ini kita (BRIN) sudah mendanai sejumlah project-project pengembangan teknologi seperti ini. Project yang kita danai seperti project padat kebijakan dan project penerapan teknologi seperti project AI ini,” katanya.

Lebih jauh Dudi mengungkapkan, penerapan teknologi AI dalam penanganan banjir di Kota Semarang merupakan salah satu project yang didanai oleh BRIN lantaran penerapan teknologi ini mampu menyelesaikan permasalah sosial (banjir) yang ada di masyarakat.

Senada, profesor bidang AI dari Griffith University yang juga koordinator course leader, Dian Tjondronegoro, mengatakan pentingnya sebuah negara memiliki ekonomi berbasis pengetahuan, contohnya seperti pengetahuan AI (artificial inteligent) ini.

“Jadi dengan belajar dari contoh-contoh seperti ini (penerapan AI di Rumah Pompa Yos Sudarso) kita bisa diskusi lebih lanjut bagaimana menggunakan ilmu penegtahuan dan belajar bagaimana prakteknya untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang ada,” katanya.

Hery Priyono