blank
Pemkot Semarang bersama Bank Jateng memberikan bantuan pembuatan sumur artesis di tiga kampung yang ada di Kecamatan Gunungpati, belum lama ini. Foto : Humas

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Pemerintah Kota Semarang menggandeng Bank Jateng membantu pembuatan sumur artesis untuk pengairan di kawasan penghasil durian, yakni Kecamatan Gunungpati.

Ada tiga lokasi bantuan sumur artesis yang diberikan Bank Jateng yaitu untuk Kelompok Tani Kebun Durian Malika RW 1 Cepoko, Kampung Siroto RW 10, dan Kampung Malon RW 06.

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, bantuan untuk kelompok tani Malika dalam rangka melestarikan pohon durian malika yang tinggal satu-satunya di ibu kota Jawa Tengah dengan usia 250 tahun.

Selain bantuan pembuatan sumur artesis, juga diberikan bantuan penangkal petir untuk melindungi pohon tersebut.

“Khusus di Malika juga ada penangkal petir untuk mencegah terkena petir. Kita jaga malika karena tinggal satu pohon dan umurnya sudah 250 tahun. Alhamdulillah sekarang dikembangkan di sekitarnya ada 2.000 pohon,” papar Mbak Ita, sapaannya.

Di kawasan Kebun Durian Malika, Mbak Ita menyebut, Disperkim sudah menyambungkan sumur artesis dengan penyiraman otomatis ke setiap pohon selama 10 menit. Selain efektif, penyiraman otomatis ini juga terbukti menghemat listrik

“Dari pengelola malika menyampaikan, dengan sistem sekarang biasanya token 100 ribu habis tiga hari, sekarang dua minggu belum habis. Manfaatnya langsung terasa. Kedua, sistem berkelanjutan, pohon durian membutuhkan air,” ujarnya.

Kemudian, pihaknya juga memberikan bantuan sumur artesis di Siroto, Gunungpati. Kampung Siroto khususnya RW 10 ini membutuhkan sumur untuk mencukupi kebutuhan air.

Apalagi, saat ini, kampung tersebut telah mendapatkan surat keputusan (SK) sebagai kampung tematik durian. Sehingga, air tentu sangat dibutuhkan selain untuk kebutuhan sehari-hari juga penyiraman durian.

Sementara, bantuan sumur artesis di Kampung Malon digunakan untuk mendukung sentra batik warna alam.

“Ketiga, Kampung Malon. Di sana sentra batik. Jadi, pencelupan dan sebagainya membutuhkan air,” ucapnya.

Mbak Ita memaparkan, pemberdayaan masyarakat memang didorong. Namun, jika tidak ada anggaran APBD, pihaknya berupaya mencarikan solusi melalui dana corporate social responsibility (CSR).

“Alhamdulillah Bank Jateng bisa memberikan CSR sumur bor. Kami akan berkolaborasi lagi dengan Bank Jateng untuk ketahanan pangan. Ada greenhouse, bibit tanaman, embung, dan sebagainya,” sebutnya.

Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Semarang, Yudi Wibowo menambahkan, bantuan penyambungan sumur artesis di Siroto mencakup 200 sambungan rumah dengan nilai sekitar Rp 140 juta.

Sementara, di Kebun Durian Malika, pihaknya membuat  penyambungan antar pohon. Namun demikian, sumur artesis juga bisa dimanfaatkan masyarakat dengan kesepakatan bersama.

“Di Kampung Malon, bantuan sumur artesis dari Bank Jateng ini digunakan untuk mengairi 80 – 100 sambungan rumah. Rata-rata besaran bantuan sama yakni Rp 140 juta,” bebernya.