blank
Wakil Bupati Wonosobo M Albar saat menyaksikan kontes nasional sansevieria di Gedung Sasana Adipura Kencana. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Wakil Bupati Wonosobo M Albar mengaku senang dan bangga dengan acara kontes nasional sansevieria di daerahnya. Apalagi di daerah pegunungan ini atau Wonosobo pernah punya tagline “Kota Bunga”.

“Wonosobo itu pernah dijuluki sebagai “Kota Bunga”. Tapi kini bunganya tidak banyak. Maka melalui kontes nasional sansevieria ini diharapkan dapat meneguhkan kembali Wonosobo sebagai “Kota Bunga,” katanya.

Dia mengatakan hal itu saat membuka “Kontes Nasional Sansevieria Bupati Wonosobo Cup #1 2024” dengan tema “The Soul of Mahakarya” yang digelar Konservasi Sansevieria Wonosobo Bersatu (KSWB) di Gedung Sasana Adipura setempat, Minggu (1/9/2024).

Kontes Nasional Sansevieria tersebut diikuti sekitar 300 peserta. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Seperti Sumatera, Kalimantan, Sidoarjo Jawa Timur, Solo, Semarang dan Wonosobo sendiri. Mereka memamerkan koleksi sansevieria dengan keunikan masing-masing.

M Albar menyebut, komunitas sansevieria di Wonosobo memang sempat tidur pulas karena tidak ada kegiatan akibat didera pandemi Covid-19. Maka jika kini dimulai lagi kontes sansevieria, pihaknya sangat mengapresiasi. Geliat komunitas sansevieria bisa ikut membantu pertumbuhan ekonomi di daerah.

“Daerah pegunungan ini merupakan tempat destinasi wisata alam. Tiap akhir pekan, jalur ke tempat wisata selalu macet. Jika di setiap sudut kota, tempat wisata atau pinggir jalan penuh tanaman bunga, maka bisa membuat senang dan nyaman wisatawan dengan pemandahan yang indah dan asri penuh bunga,” ujarnya.

Dia menyambut baik jika kontes nasional sansevieria digelar setiap tahun sekali. Dengan semakin sering kontes sansevieria di Wonosobo maka para petani maupun pelaku sansevieria akan mendapat keuntungan secara ekonomi. Karena tanaman sansevieria bertambah banyak yang terjual dan dicari para kolektor.

Pasar Ekspor

blank
Para pelaku bisnis sansevieria di Wonosobo berharap usahanya terus berkembang. Foto : SB/Muharno Zarka

Ketua Asosiasi Sansevieria Indonesia (Asindo) Kahar menambahkan organisasi pecinta sansevieria terbentuk di Solo pada 20 November 2021. Tapi deklarasi Asindo baru dilakukan beberapa bulan berikutnya di Resto Ongklok Wonosobo. Jadi daerah ini punya sejarah penting terhadap eksistensi Asindo.

“Petani dan pelaku sansevieria di Wonosobo cukup banyak. Daerah pegunungan ini juga sangat potensi untuk pengembangan tanaman sansevieria di masa yang akan datang. Cuaca atau iklim pegunungan sangat cocok untuk budidaya tanaman sanseviria,” tutur dia.

Ketua KSWB Wonosobo Rofik Aziz menyatakan daerahnya merupakan penghasil sansevieria terbesar di dunia. Setiap tahun juga bisa ditemukan varietas baru sansevieria dan punya keunikan tersendiri. Pemkab Wonosobo pun sangat mendukung pengembangan usaha sansevieria sebagai basis ekonomi kreatif di daerah.

“Di Wonosobo punya jenis sansevieria hybrid dan setiap tahun bisa muncul bibit baru yang punya karakter dan keunikan tersendiri. Keunikan sansevieria bisa dilihat dari bentuk dan warna daun. Semakin unik bentuk, warna dan jenis daun sansevieria, maka harganya akan semakin tinggi,” terangya.

Salah satu tim marketing sanseviera Muhammad Rifki Fajar mengatakan sejauh ini pelaku sansevieria telah melakukan ekspor ke beberapa negara. Seperti Jepang, Amerika Serikat, Rusia, Thailand dan beberapa negara lain di Eropa. Dalam satu kali ekpor bisa mencapa 500-700 sansevieria siap perfom atau sudah bisa dinikmati para kolektor.

Pihaknya telah melakukan pengiriman barang dengan standar internasional dan telah ada MoU dengan pihak Pos Indonesia. Diharapkan petani dan pelaku sansevieria di Wonosobo akan terus berkembang sehingga bisa melayani pasar lokal maupun internasional.

“Pengiriman paket ekspor sansevieria dijamin aman dan legal. Guna mendongkrak popularitas, KSWB akan terus melakukan kontes atau pameran yang berskala nasional maupun internasional. Satu tanaman sansevieria di Wonosobo ada yang pernah laku Rp 50 juta,” sebutnya.

Muharno Zarka