Salah satu terakota yang ditemukan. (Footo Dian).

JEPARA (SUARABARU.ID)- Candi Bubrah yang terletak di lereng gunung Muria Dukuh Duplak, Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara sampai saat ini masih menyimpan misteri.

Pasalnya, candi yang sering dikaitkan dengan Ratu Shima ini di sekitarnya masih banyak ditemukan artefak kuno. Artefak ini ditemukan saat dilakukan kegiatan bersih-bersih situs Candi Bubrah oleh Forum Komunikasi Peduli Cagar Budaya Muria (FKPCBM).

Kepingan terakota di Candi Bubrah. (Foto: Dian).

“Kemarin kita melaksanakan bersih-bersih di Candi Bubrah dan menemukans ebuah artefak yang diduga sebagai terakota,” ungkap Subkord Bidang Sejarah dan Kepurbakalaan Lia Supardianik, Senin (3/6/2024).

Seperti diketahui, Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 2016 telah melakukan eksplorasi dan dijumpai berbagai tinggalan arkeologi monumental berupa prasasti serta fihurin terakota; fitur alam; serta data etnografi yang cukup siginifikan.

Mengenai karakter tinggalan arkeologi di lereng utara Gunung Muria mengacu pada kajian dimensi dalam arkeologi yaitu ruang dan waktu diperoleh infromasi bahwa berdasarkan hasil temuan prasasti kawasan lereng utara gunung muria pada masa lalu diduga pernah dijumpai sebuah peradaban sekitar abad VIII – XIV Masehi. Seperti dilansir dari suarabaru.id.

Artefak yang diduga sebagai terakota ini ditemukan pada Minggu, 1 Mei 2024 pukul 11.50 WIB oleh salah satu peserta. Kemudian dilaporkan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jepara.

Terakota berupa tembikar berbahan tanah liat, yang ditemukan sekitar satu meter dari Candi Bubrah. Kondisinya agak sulit karena berada di sebuah tebing yang cukup curam.

“Hasil temuan ini selanjutnya kami bersihkan dan dilaporkan kepada Balai Pelestari Cagar dan Budaya Wilayah x Provinsi Jawa Tengah (Jateng),” kata dia.

Kondisi terakota memang sudah tidak utuh, karena sebagian sudah pecah dan berupa kepingan. Namun demikian tetap menjadi bagian temuan sejarah yang harus dilestarikan.

Lia menghimbau kepada masyarakat, atau para pecinta alam yang mendaki di wilayah pegunungan Muria. Jika menemukan sebuah benda yang diduga bagian sebagai cagar budaya, untuk dapat dilaporkan.

“Kalau menemukan jangan diambil. Bisa didokumentasikan bersama titik koordinatnya. Kemudian laorkan kepada kami atau tim cagar budaya Muria,” kata dia.

Ketua Forum Komunikasi Peduli Cagar Budaya Muria Andik Aristiawan, mengatakan pendakian dimulai pada Jumat, 31 Mei 2024. Para peserta naik dari Dukuh Duplak, dan bermalam di Situs Candi Bubrah. Kemudian, keesokan harinya dilaksanakan pembersihan tegakan serta tanaman di sekitar situs Candi Bubrah.

Kegiatan bersih situs oleh komunitas peduli cagar budaya ini, akan dijadikan even atau kegiatan rutin untuk menjaga kelestarian situs di sekitar Pegunungan Muria.

“Perlu adanya kajian lebih mendalam termasuk penataan ulang dan Ekskavasi (penggalian arkeologi), untuk menggali lebih jauh keberdaan situs Candi Bubrah, dan sekitarnya,” kata dia.

ua