𝗕𝗟𝗢𝗥𝗔 (SUARABARU.ID) — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora optimis di 2024 ini prevalensi stunting bisa turun hingga 14 persen, keyakinan itu didasari berbagai hal, diantaranya meningkatnya kehadiran balita dan baduta di penimbangan, termasuk identifikasi calon pengantin di semua desa dan kelurahan yang ada.
Saat hadir dan memaparkan secara langsung, kinerja Pemkab Blora dalam pelaksanaan 8 Aksi Konferensi Penurunan Stunting 2024 di Hotel Wujil, Ungaran, Kabupaten Semarang, Selasa 28 Mei hingga Kamis 30 Mei 2024, Wakil Bupati Blora, Tri Yuli Setyawati, selaku Ketua Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Kabupaten Blora, mengatakan bahwa pada tahun 2023 menurut data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Kabupaten Blora mencapai 21,2 persen.
Menurut Wakil Bupati Blora, prosentase tersebut mengalami penurunan dibanding tahun 2022, dimana prevalensi stunting Kabupaten Blora mencapai 25,83 persen.
“Blora tetap optimis di tahun 2024 ini, prevalensi stunting bisa turun hingga ke angka 14 persen,” ujar Wakil Bupati Blora.
“Untuk target kami di tahun 2024 itu di angka 14 persen dan InshaAllah kami sangat meyakini. Dengan melihat penimbangan serentak Februari kemarin, kehadiran balita dan baduta yang melakukan penimbangan atau (D/S) meningkat hingga 91,2 persen, sehingga kita bisa mengantisipasi sejak awal dan bisa melihat dengan lebih mudah apakah ada kasus baru atau tidak,” jelas Wakil Bupati Blora.
Lebih lanjut, Wakil Bupati Blora menambahkan bahwa perihal kegiatan yang dilakukan Pemkab Blora dalam menangani stunting, dimana telah dilaksanakan semua sesuai dengan rencana kegiatan.
“Rencana Kegiatan sudah kami laksanakan semua . Yakni meliputi Kegiatan Rembug Stunting di Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan dan desa. Kemudian pembinaan Kader Pembangunan Masyarakat oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD), Pembinaan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) oleh Dinas Pengendalian Penduduk & KB yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, serta pembinaan Tim Percepatan Penanganan Stunting Kecamatan, Kelurahan dan Desa dan Pembinaan Kader Posyandu, selain itu kami juga menggandeng CSR untuk membantu Pembangunan jamban di Kecamatan Todanan,” jelas Wakil Bupati Blora.
Bina Catin Siap Nikah
Selain itu, kepada Tim Penilai TPPS Provinsi, Wakil Bupati Blora juga menjelaskan praktik baik Kabupaten Blora yang telah mendapatkan penghargaan Desa Bebas Stunting Award dalam rangka stunting yaitu Gerakan Makan Sebutir Telur atau “Gemati Lur”.
“Praktik baik yang sudah dilakukan di kabupaten Blora dalam rangka penurunan Stunting adalah Gemati Lur (Gerakan Makan Sebutir Telur). Ini merupakan Gerakan Makan Sehari Satu Telur untuk Balita di Wilayah Desa Kecamatan Kedungtuban, dan kegiatan dilengkapi dengan pelatihan memasak memodifikasi olahan telur agar balita tidak bosan. Alhamdulilah dengan kegiatan ini kami menerima penghargaan Desa Bebas Stunting Award,” tandas Wakil Bupati Blora.
Sementara itu, Kepala Bappeda Kabupaten Blora, Mahbub Djunaidi mengatakan bahwa komitmen Pemerintah Kabupaten Blora dalam mencapai target penurunan stunting di 2024, didukung oleh dana desa untuk menangani kasus stunting. Selain itu, Pemkab Blora juga melakukan identifikasi terhadap Catin (Calon Pengantin) di semua Desa dan Kelurahan melalui KUA dan memberikan pembinaan perkawinan sehingga stunting bisa ditekan dari awal.
“Terkait target tahun 2024, ini karena ada Perbup yang mengatur penggunaan dana desa untuk stunting sehingga kami optimis bisa mencapai target di tahun 2024. Kemudian kita antisipasi dari awal untuk catin kita data by name by address bekerjasama dengan KUA,” kata Kepala Bappeda Blora.
Nanti mereka (KUA & Puskesmas), lanjut Kepala Bappeda Blora, akan memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi, jadi sebelum mereka punya bayi pemerintah sudah memberikan pembinaan agar siap betul.
”Selain itu kita juga akan memberikan tablet tambah darah dan kita kawal oleh tim pendamping keluarga kemudian PKK untuk memastikan bahwa catin kita sudah minum, kemudian ini dilaporkan secara berkala. Sehingga kita yakin mencapai target di 2024,” ucap Kepala Bappeda Blora.
Kudnadi Saputro