JEPARA(SUARABARU.ID) – Meski menjadi yang terbaik di eks-Karesidenan Pati, Kabupaten Jepara belum berhenti dalam upaya menekan prevalensi stunting. Desa dan kecamatan yang paling berhasil dalam upaya tersebut, pada Rabu, 1 November 2023, diminta membagikan best practice kiat suksesnya.

“Harapan kami agar anak-anak yang masih dalam status stunting, segera terentaskan,” kata Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Jepara Edy Sujatmiko saat membuka kegiatan yang dikemas dalam Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Jepara itu. Agenda tersebut dilangsungkan di Hotel D Season Jepara.

Edy Sujatmiko yang juga Sekda Jepara itu mengatakan, pengelolaan stunting harus dijadikan sebagai aset daerah.

“Kita urus sebaik mungkin sebagai aset. Maksudnya, jika kita berhasil menekan stunting hingga angkanya seminimal mungkin, maka masa depan mereka dan Jepara akan lebih baik,” katanya.

Keberhasilan penanganan sebelumnya hingga memperoleh insentif fiskal Rp24,4 miliar, dia harapkan memacu kinerja makin baik.

Berdasar Survei Status Gini Imdonesia (SSGI), prevalensi stunting di Jepara turun dari 25 persen (2021) ke 18,2 persen. Angka ini terbaik di eks-Karesidenan Pati. “Berdasar e-PPGBM angka kita lebih kecil lagi. Tapi itu kita gunakan parsial di internal kita untuk mengukur kinerja penurunan,” tambahnya.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Jepara Moh. Ali mengatakan, dalam cakupan kewilayahan, Desa Banyumanis (Donorojo) dan Kecamatan Mlonggo paling berhasil menekan stunting di Jepara. Keduanya menjadi pemateri best practice rakor ini. Rakor diikuti 100 peserta mulai dari perangkat daerah, camat, hingga desa, terutama 60 desa yang ditetapkan sebagai lokasi pilot project menuju desa zero stunting.

Camat Mlonggo Sulistiyo mengatakan, di wilayahnya pada akhir tahun 2022 terdapat 373 kasus stunting. Tapi kini berhasil dientaskan hingga tinggal 105.

Sedangkan Petinggi Banyumanis Subandrio menyebut, keberhasilan desanya menekan stunting dilakukan melalui program Cafe Baby ‘Magizter’, akronim dari Makanan Bergizi Terstandar. Dalam program ini, kader Posyandu melatih pembuatan makanan bergizi kepada ibu-ibu setempat, agar bisa membuat sendiri makanan tambahan untuk mengentaskan stunting.
Saat diberikan kepada 600-anak sasaran di desa itu, program ini mampu menekan jumlah kasus dari 40 anak pada Maret 2022, menjadi tinggal 11 anak pada Agustus 2023.

Hadepe – Bkp