Batik Tulis motif naga karya narapidana Lapas Semarang tembus di pasaran mancanegara. Foto: Ning S

Andreas menjelaskan, dalam pembuatan batik tulis ini membutuhkan waktu tergantung tingkat kesulitan atau rumitnya model dari batik itu sendiri. “Untuk motif simple, dari awal pembuatan sampai ke proses packing butuh waktu lebih dari 3 minggu, dan jika motif batik sedikit agak kompleks seperti batik nusantara yang terdiri dari banyak motif (berbagai daerah) dalam proses pembuatannya memakan waktu hingga 1 bulan (untuk dimensi 2,5 meter X lebar 1,15 meter),” ungkap Andreas.

Salah satu narapidana pekerja aktif di unit batik, Koh San mengatakan, proses pembuatan batik tulis ini waktunya lumayan panjang. Mulai dari proses sket desain, canting, colet (pewarnaan) menggunakan indigosol, kemudian dimatikan warnanya supaya tidak luntur dengan menggunakan nitrit dan aki sir, hingga di blok warna menggunakan malam agar tidak dapat tercampur oleh warna dasar, semua dilakukan dengan berurutan.

“Dalam proses pewarnaan dasar sendiri menggunakan naktol dan garam, setelah selesai lalu dilakukan proses pelorodan untuk menghilangkan malam dengan cara direbus menggunakan soda ass. Setelah selesai batik dikeringkan kemudian disetrika,” jelas Koh San yang merupakan narapidana kasus narkoba.

Diketahui, batik tulis buatan warga binaan Lapas Semarang ini dipatok mulai harga Rp 400 ribu hingga Rp 1 juta tergantung dari kerumitan pembuatannya. Untuk pemasaran sendiri Lapas Semarang selama ini melalui online maupun pameran-pameran.

Batik karya WBP Lapas Semarang juga laku dibeli di pameran dalam kegiatan pertemuan tahunan Asia Africa Legal Consultative Organization (AALCO) ke-61 yang diselenggarakan di Bali. Mereka (anggota AALCO) tertarik dengan keunikan gambarnya dengan ciri khas Semarang Warak dan Srikandi.

Ning S