blank
Tim Universitas Muhammadiyah Magelang berdiskusi tentang sarana penyimpan susu sapi yang praktis dan hemat biaya, belum lama ini. Foto: eko

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID) – Universitas Muhammadiyah Magelang berusaha mencari solusi menyediakan alat penyimpan susu sapi yang praktis dan hemat biaya. Upaya itu dilakukan, karena selama ini alat penyimpanan susu sapi milik peternak masih menggunakan biaya relatif mahal.

Melalui program pengabdian kepada masyarakat (PKM) dilakukan penelitian guna mewujudkan kemandirian teknologi di kelompok tani ternak (KTT) sapi perah Sumber Sari, Dusun Kledokan, Desa Sumberrejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, belum lama ini. Program tersebut merupakan hibah Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) Tahun 2023 yang dimenangkan oleh dosen prodi Teknik Otomotif Unimma DR Budi Waluyo STMT (ketua), dengan anggota DR Rochiyati Murniningsih SE MP (prodi Manajemen) dan Ir Muhammad Aman MT (prodi Teknik Industri).

DR Budi Waluyo MT hari ini, Kamis (7 September 2023) menjelaskan, awalnya diketahui, dari analisis kebutuhan cooling unit (alat pendingin) yang saat ini digunakan, masih menghadapi beberapa permasalahan teknologi. Disebutkan, saat ini, KTT tersebut memiliki produk cooling unit kapasitas 1.000 liter. Namun, ada beberapa permasalahan.

Yakni, tingginya biaya operasional (energi listrik cooling unit) mencapai Rp 100 ribu/hari. Biaya operasional spesifik setiap liternya adalah Rp 100/liter susu. Cooling unitnya masih menggunakan sistem pendingin indirect, di mana masih memanfaatkan evaporator AC windows, sehingga kurang efektif. “Karena membutuhkan unit pompa air yang menjadikan rekacipta saat ini sangat boros energi,” katanya.

26 Kelompok Ternak

Dijelaskan, kini di Kecamatan Ngablak dengan 26 KTT sapi perah, hanya memiliki empat cooling unit. Salah satu penyebabnya adalah mahalnya peralatan dan memerlukan ketersediaan listrik PLN sebesar 4.400 Watt.

“Oleh karenanya, tujuan kegiatan kami adalah mengimplementasikan portable fresh cooling unit untuk penyimpan susu segar berkapasitas 250 liter dengan teknologi cooling coil dan UV-C” jelasnya.

Teknologi UV-C, kata dia, digunakan saat pembersihan ruang susu dan memasukkan susu ke ruang cooling unit. Cooling unit kapasitas kecil itu akan mampu dioperasikan dengan daya listrik rumah tangga paling kecil sekalipun (450 Watt).

blank

Outcome dari pengembangan portable cooling unit itu adalah peningkatan kualitas susu segar, dan rendahnya angka bakteri hasil susu segar dari anggota kelompok tani ternak sapi perah.

Disebutkan pula, urgensi dikembangkannya portable fresh cooling unit itu adalah sangat tingginya sebaran wilayah penghasil susu segar rumah tangga di wilayah Kabupaten Magelang, Semarang, dan Boyolali. Selain itu sejauh ini ada permasalahan cooling unit kapasitas besar. Maka, kata dia, hadirnya teknologi sangat dinantikan peternak susu sapi perah rumahan yang berkapasitas 5-6 ekor.

Menawarkan Solusi

DR Budi Waluyo menambahkan, PKM Unimma itu menawarkan solusi pengembangan alat “Portable Fresh Cooling Unit”. Dengan harapan, sistem pendingin menggunakan kapasitas yang lebih kecil (250 liter), sehingga kebutuhan energi listriknya lebih efisien. Selain itu pertumbuhan bakteri bisa dihambat, karena saat pencucian ruang susu tidak menggunakan air panas. Tetapi menggunaan sterilisasi dengan sinar UV-C (gelombang pendek).
“Sistem pendingin tidak memodifikasi AC Windows, tetapi membuat evaporator dengan teknologi cooling coil, sehingga pendinginan di ruang pendingin lebih homogen,” tuturnya.

SDM Unggul

DR Rochiyati Murniningsih SEMP menambahkan, PKM itu merupakan kelanjutan dari hibah DRPM sebelumnya, tahun 2021. Bertujuan untuk mengembangkan biogas sebagai sumber energi. Di sisi lain, PKM itu sejalan dengan program Pemerintah, sebagai bagian upaya penyiapan SDM unggul.

Untuk penyiapan generasi emas yang jadi target Pemerintah Indonesia, salah satunya adalah perbaikan asupan makanan, cq konsumsi susu. Apalagi ke depan Indonesia menghadapi bonus demografi yaitu kondisi proporsi jumlah penduduk usia produktif terbesar dalam piramida penduduk Indonesia. “Peningkatan jumlah penduduk disertai dengan peningkatan permintaan masyarakat akan bahan pangan termasuk di dalamnya produk susu dan olahannya,” ujarnya.

Itu akan menjadi momentum bagi para peternak untuk terus meningkatkan produksinya, guna memenuhi kebutuhan susu nasional tanpa bergantung pada produk impor. Kesadaran akan tuntutan SDM unggul Indonesia Emas, kata dia, menjadi momen penting peningkatan konsumsi produk olahan susu. Momentum itu mestinya ditangkap oleh koperasi ternak susu untuk menggerakkan anggotanya dalam memperluas pasar dan meningkatkan kualitas untuk daya saing produk susu.

“Di situlah peran Universitas Muhammadiyah Magelang dalam berkontribusi pada permasalahan masyarakat,” tandasnya, hari ini.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Ternak Susu setempat, Suhud, memberikan apresiasi pada program PKM dosen Unimma tersebut. Apalagi potensi Kecamatan Ngablak yang telah ditetapkan untuk pengembangan klaster Sapi Perah Terintegrasi dengan Pertanian Holtikultura yang diinisiasi mulai tahun 2015. “Kecamatan Ngablak dipilih menjadi lokasi pengembangan klaster, karena memiliki potensi peternakan sapi perah dengan populasi sapi dan produksi susu yang besar,” tuturnya.

Eko Priyono