Total ada 22 kelompok etnis yang ada di UKSW ikut berpartisipasi dalam Pawai Budaya tahun ini. Selain dari UKSW, pawai hari ini juga dimeriahkan dengan hadirnya Calon Sarjana (CS) MarchingBlek UKSW, kelompok Barongsai, Drumblek Siloam dan juga Drumblek Ngentak.
Antusiasme Masyarakat
Masyarakat Salatiga nampak antusias dengan gelaran Pawai Budaya tahun ini. Di sejumlah jalan yang dilalui, warga Salatiga terlihat memadati sejumlah jalan yang dilewati barisan Pawai Budaya. Anak-anak hingga warga dewasa turut menyaksikan pawai, dan tak segan mengabadikannya lewat foto dan juga video. Tak ketinggalan di halaman Korem 073 Makutarama, tempat etnis-etnis berkesempatan tampil di panggung kehormatan juga dipenuhi warga.
Lendito Dwi Sapdo Utomo, warga Cabean ini bersama beberapa rekannya ikut menonton pawai. Dikatakannya, dari Pawai Budaya ini masyarakat bisa mengetahui banyak budaya yang ada di Indonesia.
Lainnya, Fransiska Damayanti, alumnus UKSW yang sekarang tinggal di Makassar ini berkesempatan melihat Pawai Budaya ketika berlibur di Salatiga.
“Sangat bagus, bisa menambah pengetahuan mengenai budaya, baju adat serta rumah adat yang ada di Indonesia,” kata Fransiska yang mengajak dua anaknya juga melihat pawai.
Warga lainnya, Mahmudi juga menyampaikan bisa melihat langsung keragaman etnis di Indonesia dari pawai ini.
“Sangat cocok ditonton oleh anak-anak untuk menambah pengetahuan, ada juga tarian-tariannya, menghibur,” kata warga Kauman Kidul yang menonton pawai bersama anak dan cucunya ini.
Simbol perhargaan atas perbedaan
Pawai Budaya dibuka langsung oleh Rektor UKSW Prof. Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak., didampingi Wakil Rektor Bidang Pengajaran, Akademik dan Kemahasiswaan (PAK) Prof. Ferdy Semuel Rondonuwu, S.Pd., M.Sc., Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga Lulu Rusdyaningsih, S.Si., Ketua Panitia IICF 2023 Rakhen Hussein Aryo Prabowo serta perwakilan Forkopimda lainnya.
Menghormati Perbedaan
Rektor Intiyas dalam sambutannya mengatakan bahwa Pimpinan Universitas sangat mengapresiasi positif kegiatan IICF yang diadakan Senat Mahasiswa Universitas ini. Dikatakannya, UKSW sebagai Kampus Indonesia Mini mempunyai tugas untuk ikut menjaga persatuan Indonesia.
Ditegaskannya, Pawai Budaya adalah simbol penghormatan atas perbedaan, dan juga simbol keyakinan Bhinneka Tunggal Ika bisa kokoh berdiri di Indonesia.
“Kampus UKSW adalah kampus yang menghargai perbedaan. Kita mungkin berbeda warna baju dan bahasa, tetapi kita ada untuk menjaga persatuan Indonesia. Kita jaga Indonesia dari kampus ini,” tegas Rektor Intiyas yang juga tak ketinggalan mengenakan pakai adat.
Dalam kesempatan ini, Rektor Intiyas mengenakan pakaian adat Baju Bodo khas dari Sulawesi Selatan, dan Wakil Rektor PAK mengenakan baju adat dari Sulawesi Utara.
Gelaran pawai IICF 2023 ini juga menjadi salah satu wujud komitmen mahasiswa UKSW dalam upaya meningkatkan kesadaran bela negara. Dalam kesempatan ini, Rektor Intiyas juga mengajak mahasiswa untuk aktif ikut ambil bagian dalam menjaga toleransi, menghargai perbedaan, saling menjaga dan jangan mudah terpantik isu-isu intoleransi.
wied