KUPANG (SUARABARU.ID) – Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) Benny Susetyo mengatakan, saat ini intoleran masih naik terus. Anak-anak muda pun malah menyebutkan Pancasila bisa diganti. Intoleran meningkat, radikalisme akan terus berkembang. Ini sangat mengkhawatirkan.
Hal itu disampaikan Benny Susetyo dalam talkshow bertema “Peduli Politik dan Bonum Commune” yag diselenggarakan Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Agung Kupang, Nusa Tenggara Timur, Minggu (28/5/2023). Acara ini pun diikuti oleh perkumpulan-perkumpulan anak muda Katolik di daerah Nusa Tenggara Timur, seperti KMK dan OMK, serta disiarkan secara langsung melalui radio lokal.
Benny menuturkan, seiring dengan akan datangnya tahun politik 2024, bahwa pemuda Katolik harus dapat memilih pemimpin dan wakil rakyat yang resikonya sedikit.
“Carilah pemimpin yang risiko (perpecahan) sedikit. Itu tugas dari teman-teman muda di sini untuk menyelamatkan negeri ini. Kalau gagal, radikalisme terus berkembang. Lihat contoh yang baik, seperti Pak Jokowi: kasus Poso juga baru selesai di pemerintahannya,” kata rohaniwan Katplik ini.
Dia mengingatkan, bahwa kita tidak bisa lagi mencari pemimpin yang berafiliasi dengan kelompok radikal. Kita bisa lihat semua rekam jejaknya: ada semua di internet.
Pakar komunikasi politik ini menyatakan bahwa pemimpin harus memiliki nilai keutamaan. “Seharusnya pemimpin memiliki nilai keutamaan. Bukan hanya soal bijaksana, tetapi juga melakukan nilai-nilai Pancasila dalam Tindakan,”kata Benny.
Dia berikan contoh, Jokowi dengan segala kekurangannya, menerapkan Pancasila sebagai working dan living ideology. “Di era Jokowi, NTT maju dan berkembang. Bendungan dibuat. Labuan Bajo menjadi maju dan terkenal di seluruh dunia. Ini kesejahteraan dan kemakmuran sosial. Kalau anda gagal memilih, kita semua mundur,” imbuhnya.
Romo Benny juga mengajak pemuda untuk melek politik lewat teknologi. “Anda punya gadget, anda punya akses ke internet. Cari tahu peta perpolitikan Indonesia. Cari tahu partai politik mana yang anda dapat salurkan suara anda. Cari tahu siapa calonnya, peluang partai dan calonnya bagaimana, dan dapilnya di mana. Itu pemilih yang smart,” katanya.
Kemudian memilih orang nomor satu, Benny minta kita tidak bisa main-main. “Cari rekam jejak mereka. Cari pemimpin yang berjiwa Pancasila, dengan menjalankan Pembukaan UUD 1945. Itu tugas dan amanatnya,”ujarnya.
Salah satu melek politik, juga, menurut Benny, adalah membangun kesadaran kritis.
Benny mengajak membangun kesadaran kritis lewat media sosial anda. “Ada 130 juta pengguna media sosial di Indonesia. Anda harus bisa dan mengajarkan sekeliling anda untuk dapat memilih news yang baik dan buruk, mana yang benar dan hoaks, yang mengancam keutuhan bangsa atau tidak. Kesadaran literasi digital harus kritis, sehingga dapat memperkuat kesadaran kecintaan bangsa,” ujarnya
Benny juga menguraikan bagaimana Pancasila itu dibuat. “Soekarno bangkit dan memikirkan Pancasila di Ende, dengan dasar Bonum Commune, kesejahteraan umum. Soekarno mengharapkan semua manusia terpenuhi kebutuhan pokoknya. Soekarno menginginkan Indonesia berdikari, dan oleh karena itu, Konferensi Asia-Afrika, yang mengobarkan semangat negara-negara lainnya untuk juga berdiri sendiri, lahir. Soekarno menjadi ancaman bagi kekuatan besar internasional, dan dia pun dijatuhkan. Itu fakta,” jelasnya.
“Carilah pemimpin yang memiliki nilai-nilai Pancasila. Anda dapat mempengaruhi teman-teman anda dan keluarga anda untuk tidak salah memilih pemimpin. Kesadaran politik itu penting, dengan kesejahteraan umum itu hukum tertinggi. Pilihlah pimpinan yang menjiwai Pancasila,” kata dia.
***.wied.