WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Wayang kulit bertajuk Rara Rubiyah, yang mementaskan cerita carangan episode (bagian riwayat) perjuangan Pangeran Sambernyawa, digelar di Sendang Sinangka, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Yakni lokasi yang diyakini sebagai petilasan (bekas pertapaan) Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa).
Koordinator Harian Sanggar Panji Wulung dan Pengurus KMW, Yoga Pujakesuma SSn, Selasa (2/5), menyatakan, wayang kulit yang dikemas secara prasaja (sederhana) itu, dipentaskan oleh Dalang Ki Sugiyono Deres Candra Purnama SSn bersama Tim Seni dari Paguyuban Kawula Mangkunegaran Wonogiri (KMW) berkolaborasi dengan para seniman dari Sanggar Panji Wulung.
Pentas wayang kulit tersebut, diformat sederhana, hanya menyertakan beberapa instrumen gamelan, dengan melibatkan sejumlah seniman pengrawit muda dari Sanggar Panji Wulung, yang juga merupakan dalang-dalang muda Wonogiri.
Instrumen gamelannya terdiri atas kendang, gender barung, rebab, gambang, demung, saron, gong kempul, kethuk kenong. Melibatkan 2 mahasiswi sebagai pesinden (waranggana) yang sengaja datang ke Sendang Sinangka untuk ngalap berkah.
”Ini merupakan pentas murni sebagai dharma bakti dan wujud kecintaan terhadap Praja Mangkunegaran,’ sebagai wujud tirakat dan bukan pentas seni finansial,” jelas Yoga Pujakesuma. Bentuk pagelarannya pun bukan menonjolkan sisi hiburan apalagi hura-hura.
Halalbihalal
Wayangan di Petilasan Sendang Sinangka tersebut, dalam rangkaian acara halalbihalal KMW. Ditandai pennyampaian ikrar halalbihalal oleh wakil dari kawula muda (generasi muda) KMW Aris Murtopo di hadapan Ketua Paguyuban KMW R Paryoko HS, SE.
Acara ini diselenggarakan oleh KMW dengan Ketua Panitia Ferry Cahyanto. Ikut hadir Budayawan Mangkunegaran Mas Ngabehi (MNg) Mulyanto SKar bersama Kepala Desa (Kades) setempat dan tokoh masyarakat.
Sinopsis cerita yang dilakonkan, diawali upaya RM Said Suryakusuma (Pangeran Sambernyawa) menghimpun kekuatan di Nglaroh Selogiri untuk melakukan perjuangan melawan ketidakadilan keraton dan penjajah Belanda.
Berkaitan itu, peran Rara Rubiyah (yang kemudian hari menjadi RAy Matah Hati) ikut andil dalam olah keprajuritan. Kisah ceriteranya berkait dengan Petilasan Sendang Sinangka, melalui perlambang buah Nangka yang berhasil dikupas dengan senjata yang sebelumnya diasah di Watu Kosek. Buah Nangka menjadi simbol kemuliaan.
Juga menyertakan Legenda Petilasan Sendang Siwani yang memberikan inspirasi pertarungan Kerbau Wulung yang menang melawan Kerbau Bule, setelah mendapatkan kekuatan baru dari air Sendang Siwani. Yang itu menjadi spirit bangkitnya perjuangan Pangeran Sambernyawa.
Bambang Pur