blank
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, menerima penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya Tahun 2020, atas keberhasilan Jateng memberdayakan perempuan. Foto: pemprov

SEJAK memimpin Jawa Tengah, Gubernur Ganjar Pranowo berkomitmen memprioritaskan pemenuhan ekonomi perempuan, melalui inovasi yang merujuk pada pemberdayaan perempuan kelompok rentan, lewat jaring pelatihan wirausaha.

Inovasi itu dinamai Sekolah Perempuan Cerdas Masa Kini atau disingkat ‘Serat Kartini’, dengan menyasar perempuan berstatus kepala keluarga, penyintas covid-19, korban kekerasan, korban bencana, penyandang disabilitas, PGOT, bahkan kategori ODHA.

Lebih dari itu, Ganjar masif menurunkan angka stunting (gangguan pertumbuhan pada anak akibat gizi kronis) di Jateng, dengan inovasi ‘Ceting Ketan’, yang merupakan akronim dari Mencegah Stunting pada Kelompok Rentan’.

BACA JUGA: Pegiat Medsos Memiliki Tugas Besar, Junarso : Cerdaskan Pemilih pada Pemilu 2024

Hal itu mengacu tren prevalensi balita risiko stunting (stunted) di Jateng, berdasarkan aplikasi Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM), angka stunting di Jateng pada 2022 mencapai 11,95 persen atau menurun signifikan dibanding pada 2018, yang menyentuh angka 24,4 persen. Adanya percepatan penurunan stunting ini, membuat Jateng mendapatkan apresiasi dari BKKBN.

Keberpihakan pada pemberdayaan perempuan, juga mengantarkan Jateng menerima penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya (APE) pada 2020, kategori tertinggi yaitu Mentor. Itu adalah kali keempat, provinsi yang dipimpin Ganjar Pranowo dan Taj Yasin, menyabet award untuk keseriusan mengimplementasikan pengarusutamaan gender.

Implementasi ‘Serat Kartini’ yang digagas Ganjar, di antaranya berbentuk program Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP), serta Peningkatan Partisipasi Perempuan dalam Proses Pengambilan Keputusan, yang digeber untuk perempuan rentan di desa-desa.

BACA JUGA: Kapolres Pimpin Apel Dalmas dan Cek Peralatan Pengamanan Pemilu

blank
Usai kegiatan pelatihan menganyam di Desa Candirejo, Wonosobo, anggota PPEP melakukan foto bersama. Foto: dok Jarpuk

Sedangkan ‘Ceting Ketan’ bermuara tercapainya kondisi kesehatan nan prima, dan kesejahteraan keluarga lewat pelayanan KB, dan pendampingan kesehatan ibu dan balita.

Di Jateng, progres PPEP mengalami lompatan luar biasa pada 2020, saat masa pandemi covid-19. Jika pada 2019 baru ada tiga desa di tiga kabupaten yang dintervensi, namun berhasil digenjot Ganjar pada 2020, menjadi 1.701 desa di 35 kabupaten/kota.
Pada 2021 dan 2022, program pemberdayaan kelompok perempuan rentan berlanjut dengan jumlah yang ditangani sama, yaitu 130 desa di 35 kabupaten/kota.

Ketua Jaringan Perempuan Usaha Kecil (Jarpuk) Kabupaten Wonosobo, sekaligus Pendamping PPEP, Nuke Maya Kurnianingsih mengakui, program PPEP yang masif digerakkan Pemprov Jateng sangat mengena. Karena membuat perempuan di desa menjadi lebih berdaya dan mandiri.

BACA JUGA: 7 Kapolsek dan 2 Pejabat Utama di Polres Jepara Diganti, Ini Daftarnya

”Mereka tak lagi hanya sebagai ibu rumah tangga yang berpangku tangan, tapi perempuan produktif yang menghasilkan produk-produk hasil pelatihan, seperti batik ecoprint dan anyaman besek tenong dan keranjang. Mereka juga jadi pintar mengelola manajemen pemasaran, dan bisa mengurus PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga), ketika bikin industri rumahan,” ujar Nuke, saat dihubungi Minggu (19/2/2023).

Diakui dia, berbagai model pendampingan dilakukan lewat PPEP dan Industri Rumah Tangga. Mulai membantu mengurus perizinan, mendorong ide-ide baru usaha, dan membuka jejaring dalam pasar online. Saat ini sekitar 1.500 perempuan rentan dari 15 kecamatan (12 kelurahan dan 16 desa), yang dibina Jarpuk.

Hal senada diungkapkan Marlina Indrianingrum, pendamping PPEP di Kabupaten Kebumen. Pihaknya berterimakasih kepada Pemprov, karena ada enam desa yang menjadi locus kegiatan. Bahkan salah satu binaannya, PPEP Stinggil di Desa Wonosari, Kecamatan Sadang menjadi Juara I Lomba PPEP Tingkat Jateng 2022.

BACA JUGA: Teknik Industri Unissula Sasar Akreditasi Unggul

”Kegiatan pelatihan pembuatan makanan olahan yang digelar provinsi sangat bermanfaat bagi ibu-ibu, khususnya menambah income. Mereka diajari pemasaran secara online, cara mengolah pisang jadi brownies dan singkong jadi nastar,” tambahnya.

Sementara itu, Ari dari Panti Pelayanan Sosial PGOT Mardi Utomo, Semarang, mengakui selama dibina di panti, pihaknya banyak mendapatkan penyuluhan tentang KB melalui program ‘Ceting Ketan’. Selain itu, sebagai penerima manfaat dirinya dilatih untuk membuat ecoprint, sebagai bekal saat purnabina nanti.

Gubernur Ganjar menegaskan, selama ini Provinsi Jateng sudah memprioritaskan perempuan rentan, anak, dan disabilitas, dalam upaya pembangunan dan pengembangan daerah. Termasuk dalam pengambilan keputusan.

BACA JUGA: Habib Yaman Ijazahkan Sanad Aku Mencintaimu

”Setiap Musrenbang di Jateng, kelompok perempuan dan anak serta disabilitas, saya dahulukan. Inilah tindakan afirmasi dalam pengambilan keputusan,” jelasnya.

Kepala Dinas DP3AP2AKB Jateng, Retno Sudewi menambahkan, program PPEP melatih keterampilan teknis usaha ekonomi produktif, baik olahan pangan maupun non-olahan pangan atau keterampilan lain, dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal.

Beberapa pelatihan yang telah dilaksanakan di antaranya, pembuatan sandal hotel, pelatihan hidroponik, pelatihan rias wajah, pelatihan olahan pangan, pembuatan sabun, pengolahan kopi dan barista, batik ecoprint, pembuatan keramik, dan lain sebagainya.

Tim SB