blank
Rektor USM, Dr Supari ST MT (kedua dari kanan) saatb menjadi narasumber Dialog Lima Rektor bertajuk ''Media Edukatif Menuju Tahun Politik 2024'' di Gedung E Lantai 3 Udinus Semarang, Kamis (2/2). (Foto:News Pool USM).

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Rektor Universitas Semarang (USM) Dr Supari ST MT menegaskan, pers pada era kini, dituntut memainkan perannya sebagai kontrol sosial dan mengedukasi masyarakat, apalagi menjelang tahun politik 2024 yang menghelat Pilpres, dan legislatif.

”Saya melihat kecenderungan media massa digital, masih ada kecenderungan mencari hal-hal yang viral demi menjaring viewer sebanyak-banyaknya. Tapi menurut saya, sebagai alat kontrol sosial, pers harus mengedepankan nilai-nilai edukasi. Kalimat-kalimatnya harus mendidik, bukan memojokan, provokatif. Dibumbui boleh, tapi tak boleh menyesatkan,” kata Supari usai menjadi narasumber Dialog Lima Rektor bertajuk ”Media Edukatif Menuju Tahun Politik 2024” di Gedung E Lantai 3 Udinus Semarang, Kamis (2/2).

Menurut Supari, di tahun politik masyarakat butuh informasi yang lebih edukatif ketimbang harus disuguhi dengan viralitas. Semua orang, kata dia, kini bisa membuat konten-konten melalui platform digital yang bisa merugikan pihak lain. Akibatnya disinformasi sering diterima oleh masyarakat dan cenderung dipercaya.

Diakuinya, mengejar berita viral untuk mendapatkan follower atau keuntungan finansial, memang tak bisa dihindari ditengah perkembangan teknologi komunikasi. Namun dia berharap, hal tersebut jangan dikedepankan. Lebih baik, jadikan media sebagai sarana membangun semangat optimisme dan semangat persatuan di tengah masyarakat yang heterogen.

”Menurut saya, di sinilah peran media massa, cetak maupun online, untuk kembali menumbuhkan rasa persatuan, suasana adhem seperti harapan Bu Ita (Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu). Pilihlah kata-kata, diksi-diksi yang mendidik,” kata Ketua Persatuan Insinyur Indonesia Cabang Semarang itu.
Beri Teladan
Pers pada kekinian, saran Supari, hendaknya memberikan teladan kepada Generasi Z atau milenial yang saat ini terlibat dalam pesta demokrasi tahun 2024 dengan pemberitaan yang mendidik, yang mendorong kedewasaan berpolitik.

”Berikan mereka edukasi. Setiap saat mereka dekat dengan gawai mulai bangun tidur, hingga mau tidur. Sedangkan waktu kuliah hanya beberapa jam saja. Jika semua informasi yang diberikan itu mendidik, informasi yang dibaca dalam gadget tentu berkualitas,” tambahnya.

Supari menambahkan, masyarakat saat ini dibanjiri oleh informasi, jelang Pemilu di tahun 2024. Posisi media massa, baik itu mainstream maupun media sosial sesungguhnya strategis menumbuhkan semangat berdemokrasi.

”Meskipun tetap ada informasi yang menyesatkan dan mencemaskan. Kuncinya menurut saya, tempatkan segalanya untuk kepentingan nasional, keutuhan NKRI. Dibutuhkan digital ethics, agar semua pemberitaan dan informasi lewat platform digital didasari rasa cinta kepada kepentingan nasional,” katanya.

Dia juga menambahkan, mengingat 2024 adalah masa konstetasi Pilpres, maka ketika memilih pemimpin harus meletakan rasa cinta kepada Indonesia, di atas segalanya.

Muhaimin