blank

SUARABARU.ID Oleh: Muhammad Azka Taufiqi

Siapa yang tak kenal dengan KH Hasyim Asy’ari. Namanya sangat populer. Ia adalah pejuang kemerdekaan Indonesia sekaligus pendiri organisasi Nahdlatul Ulama. Ia juga memperjuangkan pendidikan di Indonesia melalui pendidikan di pondok pesantren.  Perjuangannya tentu tidak mudah mengingat ketika itu Indonesia sedang dijajah oleh Kolonial Belanda dan juga Jepang.

KH Hasyim Asy’ari adalah seorang ulama besar di Indonesia juga seorang pahlawan nasional. Ia berasal dari Jawa Timur tepatnya dari Jombang. Ia lahir tahun 1871 di Tambakrejo Kabupaten Jombang. Kyai Hasyim adalah anak ketiga dari 11 bersaudara putra dari pasangan Kyai Asy’ari dan Nyai Halimah.

Hasyim Asy’ari terkenal memiliki semangat yang kuat dalam menuntut ilmu. Sejak  masih kecil hingga berusia 14 tahun pendidikannya didapatkan langsung dari ayah dan kakeknya Kyai Usman yang juga pemimpin pesantren di Jombang.

Setelah lama menimba ilmu dari ayah dan kakeknya Hasyim Asy’ari muda melanjutkan menimba ilmu dari berbagai pesantren di Jawa dan melanjutkan pendidikannya ke Mekah pada 1892.

Guru guru KH Hasyim Asy’ari  diantaranya, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, Sayyid Husein Al-Habsyi, Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh Shata, Syekh Daghastani.Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, dan Syekh Ibrahim Arab.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Tanah Suci pada tahun 1899 ia mulai mengadakan pengajian yang dalam waktu singkat dikenal banyak orang. Saat itu kawasan Tebuireng bukan kawasan santri namun kawasan yang lebih terkenal sebagai tempat aneka maksiat, sebagian besar warganya terbiasa berjudi, berzina bahkan merampok. Itu yang mendorong KH. Hasyim Asy’ari mendirikan pondok pesantren, dulunya lebih dikenal dengan pesantren Tebuireng. semakin lama waktunya, semakin besar peran KH Hasyim Asy’ari dalam dunia pendidikan Islam.

Peran Penting

Menurut Kyai Hasyim Asy’ari pendidikan adalah upaya untuk meninggikan derajat orang-orang yang berilmu untuk mempertahankan predikat sebagai makhluk paling mulia.  Selanjutnya pendidikan berfungsi untuk menciptakan masyarakat yang berbudaya dan beretika. Orang yang berilmu dituntut untuk mengamalkan dan mengajarkan ilmu kepada orang lain. Bukan hanya menerima ilmu namun juga mengajarkan ilmu. Karena tidak berguna ilmu seseorang jikalau tidak diamalkan. Kita juga wajib mengamalkan ilmu yang kita miliki agar orang yang mungkin belum tahu menjadi tahu karena kita sudah tahu. Dan juga agar membentuk masyarakat yang beretika.

Pemikiran yang dimiliki Hasyim Asy’ari ini sepaham dengan pemikiran pendahulunya. Ibnu Jamaah mengatakan bahwa kesibukan dalam mengamalkan suatu ilmu karena Allah itu lebih utama daripada melaksanakan aktivitas ibadah sunnah. Karena manfaat ilmu itu merata untuk pemiliknya dan umat manusia lainnya sementara ibadah sunnah terbatas untuk pemiliknya saja. jadi jika dicermati pemikiran Ibnu Jamaah adalah seseorang yang mencari ilmu dan mengamalkan ilmu itu lebih utama dibanding orang yang ahli ibadah yang senantiasa salat puasa dan aktifitas lainnya tanpa memiliki ilmu. Jadi seorang alim, seorang ulama, seorang yang berilmu itu lebih tinggi derajatnya daripada ahli ibadah.

Sementara menurut Kyai Hasyim Asy’ari tidak ada derajat yang lebih mulia daripada derajat Nabi. Nabi sendiri adalah seorang pendidik sebagai uswah sebagai tauladan bagi Sahabat-Sahabatnya. oleh karena itu derajat ahli ibadah lebih rendah daripada ulama bahkan KH Hasyim Asy’ari sering mengutip hadis dan pendapat ulama serta menyatakan pendapatnya tentang perbandingan antara ibadah dengan ilmu.

  • Muhammad Azka Taufiqi adalah Mahasiswa Prodi Tarbiyah Fakultas Agama Islam Unissula Semarang