blank
Ketua PBSI Jateng Basri Yusuf saat acar peluncuran bukunya yang berjudul Pembinaan Badminton Berbasis Sport Science. Foto: Ali Bustomi

KUDUS (SUARABARU.ID) – Ketua PBSI Jawa Tengah Akhmad Khafidz Basri Yusuf meluncurkan buku berjudul “Pembinaan Badminton Berbasis Sport Science”. Buku tersevut mengupas pentingnya penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi atau sport science sejak dini guna membentuk atlet badminton berprestasi di level dunia.

Peluncuran buku dilakukan di tengah gelaran Audisi Umum Bulutangkis PB Djarum di GOR Jati, Rabu (19/10). Pelatih yang pernah menangani Hariyanto Arbi di Pelatnas tersebut ikut hadir secara langsung dalam peluncuran buku tersebut.

Dalam penjelasannya, Basri menyampaikan pelatihan berbasis ilmu olahraga tersebut sangat penting untuk pembinaan atlet jangka panjang.

Selain itu, metode ini juga mampu membantu pelatih mengeluarkan potensi terbaik dari para atlet bulu tangkis yang mereka bina.

“Buku ini membedah mengenai pendekatan ilmu olahraga, program pelatihan, kejuaraan, dan pemulihan berdasarkan kronologi biologis dalam tiga bagian, yaitu sebelum puber, pada saat puber dan setelah puber,” ujarnya.

Setiap pertumbuhan atlet, kata dia, harus dimaksimalkan secara keseluruhan sesuai dengan tahapannya, bukan kronologi usianya. Jangka panjang itu bisa dalam kurun waktu 10 tahun atau 10.000 jam latihan.

Program pelatihan di buku ini dibagi ke dalam enam tingkatan berdasarkan kelompok usia. Melalui enam tahapan ini, Basri sekaligus menegaskan bahwa prestasi tidak dapat diraih dengan cara instan, namun melalui pembinaan jangka panjang. Sedangkan penggunaan ilmu olahraga membantu menganalisa lebih banyak hal dan efekif bagi pembinaan.

Ia mengakui ide untuk menulis buku muncul pada tahun 2005, ketika menetap di Singapura. Kala itu, ia membuat suatu diagram sederhana sebagai bahan evaluasi kepelatihan yang tepat untuk diterapkan.

Mantan atlet yang memulai karier sebagai atlet Pelatnas di tahun 1975 ini, menganggap bahwa diagram tersebut harus dikembangkan secara serius menjadi karya ilmiah. Namun, lantaran aktivitas yang cukup padat, dia akhirnya baru bisa memulai proses penggarapan buku dalam dua tahun terakhir..

“Buku ini merupakan kristalisasi dari pengalaman saya sebagai pemain, pelatih sejak tahun 1980, pengurus, dan sekaligus trainer bagi para pelatih. Perjalanan panjang tersebut menginspirasi setiap kata yang tertuang dalam buku ini. Idealisme sekaligus kepedulian terhadap masa depan prestasi badminton Indonesia adalah keyakinan yang tidak bisa ditawar,” ungkap mantan pelatih Hariyanto Arbi dan Denny Kantono tersebut.

Basri Yusuf mengatakan, konsep pelatihan yang tepat mampu mengatasi banyak masalah atau kesalahan yang biasa terjadi. Seperti rendahnya pelatihan atau pelatihan yang berlebihan (over training), pemberian beban dan intensitas latihan orang dewasa kepada atlet muda, sistem pelatihan yang tidak spesifik, program kompetisi dan pelatihan sesuai usia, hingga kelalaian dalam melatih gerakan dan keterampilan.

Ia mengakui tidak mudah merubah pola pikir pelatih badminton saat ini, namun secara perlahan akan disosialisasikan metode kepelatihan yang ditawarkan melalui buku tersebut kepada para pelatih bulu tangkis, khususnya di Jateng. Sebelumnya juga digelar pelatihan secara daring hingga 11 kali.

Ali Bustomi