blank

JEPARA(SUARABARU.ID) – Bagi kebanyakan orang, kalimat “menuntut ilmu sampai ke liang lahat” adalah nasihat biasa. Namun bagi Mudrikatun, hal tersebut merupakan prinsip hidup. Hal itu dibuktikan dengan semangat belajarnya yang tidak pernah surut. Asisten Administrasi Umum Sekda Jepara ini kini memegang 7 gelar pendidikan berbeda. Mulai tingkat diploma hingga S3 atau doktor.

Sesuai tingkatannya, doktor bidang ilmu hukum merupakan gelar terbaru yang diraih Mudrikatun. Hal itu setelah dia lulus ujian terbuka promosi doktor dalam Program Studi Hukum Program Doktor (PSHPD) Fakultas Hukum Untag Semarang pada Sabtu (24/9/2022) dengan predikat Cum Laude. Dia berhasil mempertahankan desertasi berjudul “Penguatan Regulasi Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Penyakit Tidak Menular (PTM) pada Puskesmas dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat.”

“Wisuda di fakultas rencananya nanti tanggal 1 Oktober 2022 dan wisuda universitas tanggal 19 Oktober 2022,” kata Mudrikatun saat ditemui Selasa (27/9/2022).

Sebelum menjadi doktor, Mudrikatun telah menyelesaikan hingga mendapat 6 gelar pendidikan lain, masing-masing 2 gelar diploma dan 4 gelar sarjana. Rangkaian gelar itu berawal setelah dia menyelesaikan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Pemda Kudus tahun 1986 lalu mengikuti pendidikan D1, Program Pendidikan Bidan (PPB) Harapan Kita Jakarta. Berikutnya lulus D3 Kebidanan Panti Wilasa Semarang, dan D4 Kebidanan Stikes Karya Husada Semarang.

“Sejak lulus SPK sebenarnya ingin langsung lanjut S1 karena meski orang tua saya hanya petani dan pedagang, tapi sangat mendukung pendidikan anak-anaknya. Karena tidak ada S1 keprofesian, saya ambil D1 dulu lalu D3. Saat itu saya sampai cari informasi ke Kementerian Kesehatan. Info yang saya dapat baru tahun 2000-an aka nada S1 kebidanan. Pada akhirnya ya D4/S1 kebidanan di Stikes Karya Husada itu,” kenang Mudrikatun.

Berikutnya, Mudrikatun menyelesaikan pendidikan S1 Kesehatan Masyarakat Hakli Semarang, lalu S2 Magister Manajemen Kesehatan di STM IMNI Jakarta, dan S2 Magister Hukum Untag Semarang.

Menurut Mudrikatun, pendidikan-pendidikan itu dia jalani secara mengalir seperti air. Dia tidak pernah berpikir dengan lulus pendidikan tertentu, harus memiliki profesi tertentu yang linier. Dia sangat meyakini keberhasilan seseorang selalu atas rida Allah.

“Pendidikan adalah aset setiap orang. Meski nasib orang sudah ditentukan, tapi saya tak pernah berpikir menjalani pendidikan ini harus jadi ini dan sebagainya. Jabatan dan rizki sudah jadi rahasia Allah sudah. Makanya prinsip hidup saya mengalir seperti air saja. Jika Allah memberi izin dan rida, akan sampai pada tujuan,” tandasnya. Dia yakin, setiap pendidikan pasti akan ada manfaatnya dan membawa kemajuan di mana pun berada.

Di luar dukungan orang tua, Mudrikatun mengakui lingkungan juga memotivasinya terus belajar. Sejak lulus S1 Kesehatan Masyarakat, banyak bermunculan institusi yang membuka prodi kebidanan. Meski telah menjadi ASN di Pemkab Jepara, dia mendapat kepercayaan dari institusi-institusi pendidikan itu untuk bergabung menjadi pengajar.

“Saya diberi kepercayaan menjadi dosen tidak tetap di beberapa perguruan tinggi,” jelasnya.

Pada tahun 2000 Pemkab Jepara memang masih memberlakukan 6 hari kerja sampai pukul 14.00 WIB. Setelah itulah, Mudrikatun lalu menjalani profesinya sebagai dosen tidak tetap. Perguruan tinggi yang mempercayainya di antaranya Universitas Al-Hikmah Mayong, Stikes Bakti Utama Pati, Universitas Muhammadiyah Kudus, dan Universitas Karya Husada Semarang.

“Banyak suka-duka, banyak rekoso-nya karena harus bisa membagi waktu sebagai ASN dan dosen. Tapi alhamdulillah pekerjaan dan proses pendidikan sama-sama tidak terganggu. Tanggung jawab terhadap negara, institusi pendidikan, bahkan rumah tangga bisa saya laksanakan,” katanya.

Mengajar di sejumlah institusi pendidikan, diakui Mudrikatun membuatnya terpacu untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan.

“Meski bukan dosen tetap, tapi harus maju terkait profesi. Sebagai Ketua IBI (Ikatan Bidan Indonesia) Cabang Jepara, tentu saya ingin memperkuat organisasi juga,” katanya.

Karena itulah di antara gelar sarjananya ada S2 Magister Hukum agar paham sisi legal profesi dan organisasi. Mudrikatun berterima kasih teman-teman mengajar hingga para profesor di sekitarnya terus mendorong dia menyelesaikan pendidikan hingga doktor.

“Semua memotivasi saya untuk meneruskan. Meyakinkan kalau saya mampu. Dunia pendidikan tak akan pernah berhenti. Kalau masih diberi kesempatan, kita masih bisa meningkat ke jenjang yang lebih tinggi,” tambahnya.

Baginya, pendidikan sangat penting., termasuk bagi seorang wanita. Selain menepis anggapan perempuan sebatas konco wingking, sebagai orang asli Jepara Mudrikatun bersyukur bisa mewarisi semangat tiga perempuan besar Jepara.

“Tentu ingin meneruskan perjuangan Ibu Ratu Shima, Ratu Kalinyamat, dan R.A. Kartini,” tambah perempuan yang menjadi Asisten Adeministrasi Umum Sekda Jepara sejak Februari 2022.

Sebelumnya, dia mengawali karir sebagai ASN di Pemkab Jepara sebagai Koordinator Bidan Puskesmas; Kepala UPT Laboratorium Kesehatan Masyarakat; Kepala Laboratirium Kesehatan Daerah; Kasi Kesehatan keluarga dan Gizi Dinkes Jepara; Kabid Kesehatan Masyarakat; Sekdin Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk; Plt. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk; dan Kepala Dinas Kesehatan.

Hadepe