MAGELANG (SUARABARU.ID) – Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz menjadi narasumber pada pelaksanaan City Sanitation Summit (CSS) Ke XX Tahun 2022 yang diselenggarakan Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI) di ICE BSD Kabupaten Tangerang, Jawa Barat, Rabu (7/9).
Pada kegiatan itu Aziz memaparkan materi tentang ‘Keterlibatan Masyarakat untuk Percepatan Akses Sanitasi yang Aman dan Berkelanjutan’.
Narasumber lainnya adalah Bupati Lumajang Thoriqul Haq dan Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar. Sebagai penanggap, antara lain Bupati Biak, Ketua TP PKK/Bunda Sanitasi Kota Magelang Niken Ichtiaty dan Direktur Koperasi Syariah BMI Tangerang.
Wali kota mengemukakan, tahun 2015 akses layananan air minum di Kota Magelang baru mencapai 82,3 persen. Permasalahan yang dihadapi antara lain karena ketersediaan air baku yang terbatas, dan debit air semakin menurun. Sebagian besar sumber mata air berada di wilayah Kabupaten Magelang (5 dari 6 sumber air minum).
Kemudian, lanjut Azis yang juga dokter spesialis penyakit dalam, tingkat kehilangan air yang tinggi. Yakni lebih dari 40 persen, akibat dari jaringan yang sebagian besar sudah tua, bahkan beberapa di antaranya merupakan peninggalan Belanda.
‘’Permasalahan air minum di Kota Magelang juga karena keterbatasan kemampuan masyarakat untuk mengakses, juga kontinuitas pasokan yang belum merata,’’ ujarnya.
Sedang akses layanan sanitasi pada tahun 2015 di Kota Magelang baru sebesar 87 persen, dengan permasalahan secara teknis dan nonteknis. Secara teknis karena keterbatasan lahan pembuatan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), topografi dan muka air tanah dan kesulitan aksesibilitas serta kerapatan bangunan-banguan di Kota Magelang.
‘’Secara nonteknis, meliputi belum memadainya regulasi dan penegakan regulasi, kurangnya kesadaran masyarakat, keterbatasan kemampuan masyarakat terkait pendanaan,’’ tuturnya.
Namun, mulai tahun 2021 akses layanan air minum meningkat menjadi 98,7 persen dan akses layanan sanitasi mencapai 98,15 persen. Ini tidak lepas dari upaya pemerintah dalam penanganan air minum dan sanitasi.
Antara lain dengan mengurangi tingkat kehilangan air minum (NRW), penyertaan modal pada PDAM Kota Magelang, mencari sumber air minum alternatif baru, penyediaan IPAL, dan menggencarkan gerakan Stop Buang Air Besar Sembarangan pada tahun 2022.
Selanjutnya, tambah Aziz, penyusunan Perwal Magelang No. 13 Tahun 2020 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik untuk Program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (L2T2) dan Layanan Lumpur Tinja Tidak Terjadwal (L2T3), Program Sedot Tinja (SENJA) untuk mewujudkan akses sanitasi aman.
‘’Kami juga mengadakan penyerapan aspirasi masyarakat dalam Ngopi Bareng Pak Wali dan program unggulan ‘Rodanya Mas Bagia’ untuk penanganan air minum dan sanitasi,’’ terangnya.
Sebagai informasi, Program SENJA merupakan bagian dari Program L2T2 yang dilaunching 29 Januari 2021 atas inisiasi USAID IUWASH PLUS. Kota Magelang juga sudah memiliki sarana Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT), termasuk juga UPT Pengelolaan Air Limbah Domestik (PALD).
Menurutnya, upaya penanganan air minum dan sanitasi tidak luput dari peran banyak pihak, mulai dari dunia usaha, perguruan tinggi, media massa dan masyarakat itu sendiri.
Keterlibatan masyarakat meliputi Pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP), Tim Monev Partisipatif dan Forum Tembang Tidar (FTT), dan Forum Komunikasi WASH sebagai wadah komunikasi air minum dan sanitasi antara masyarakat, pemerintah, serta stakeholder lainnya.
‘’Keterlibatan masyarakat juga bisa dilihat dari terbentuknya kader-kader pemicuan, promotor dari RW dan PKK yang terlatih. Pengusulan air minum dan sanitasi dalam Rencana Kerja Masyarakat (RKM), untuk dibahas dalam Musrenbang Kelurahan dan adanya Bunda Sanitasi sebagai penggerak pembangunan sanitasi di masyarakat,’’ jelasnya. (pemkotmgl)