KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Menyambut peringatan Hari Jadi Kebumen ke 393 21 Agustus 2022, Pemkab Kebumen menggelar jamasan atau pembersihan benda pusaka di Pendopo Kabumian, Jumat (19/8)
Buoati Kebumen Arigf Sugiyanto melakaukan penjamasan benda pusaka kabupaten didampingi para alim ulama, dan budayawan. Termasjk anggota Komisi A DPRD Kebumen yang juag Keua DPC PDIP Saiful Had.
Benda pusaka yang dijamas selain milik Pemkab Kebumen juga benda pusaka dari Masjid Agung Kauman, Kutosari, Kebumen.
Bupati Arif Sugiyanto menyatakan, benda pusaka yang dijamas dari kabupaten ada dua tombak, satu keris dan dua payung. Sedangkan benda pusaka dari Masjid Agung Kauman ada 13 tombak yang dijamas.
“Tahun ini sedikit berbeda, karena yang dijamas bukan hanya dari benda pusaka kabupaten tapi juga ada dari Masjid Agung Kauman. Di hari jadi Kabupaten Kebumen ke 393 ini, pusaka milik kabupaten dan Masjid Kauman kita gabung untuk dilakukan pembersihan,”ujar Arif Sugiyanto.
Untuk Melestarikan Budaya
Menurut penjelasan Bupati, kegiatan penjamasan pusaka itu tidak lain untuk melestarikan budaya, dan menghormati apa yang menjadi warisan para leluhur. Tidak ada sesuatu hal yang berbau syirik atau menyalahi aturan agama.
“Jadi ini bukan syirik, ini budaya. Syirik itu kalau kita sembah-sembah, kita nggak mengagungkan pusaka. Yang kita agungkan tetap Allah. Ini kan nguri-nguri budaya, mengingatkan kita kepada para nenek moyang kita, dengan keris dan tombak mereka berjuang melawan penjajah. Nah alat pusaka ini patutnya kita jaga karena punya nilai sejarah,” terangnya.
Bupati menambahkan, pembersihan benda pusaka tidak hanya dilakukan satu tahun sekali. Namunkerap dilakukan perawatan. Hanya saja yang dilakukan secara seremonial selalu satu tahu sekali, menjelang Hari Jadi Kebumen.
Adapun pusaka milik kabupaten yang dijamas yakni dua payung, satu Keris Dapur Nogo Siluman, Tombak Kiai Puser Bumi dan Tombak Kiai Biring. Benda pusaka milik kabupaten itu merupakan peninggalan era Mataram Islam.
Sedangkan pusaka Masjid Agung Kebumen jumlahnya ada 13 tombak. Merupakan peninggalan Mbah Imanadi tahun 1830 M, seorang ulama yang mendirikan Masjid Agung Kauman. Mbah Imanadi adalah putra asli Kebumen yang hidup pada masa Hamengkubuwono ke-III.
Pusaka-pusaka ini dimandikan dengan air kembang setaman yang sumber airnya diambil dari tujuh mata air, yakni Wongso Kerti, Bodronolo, Bumidirjo, Kertinegara, Purbo Negoro, Kolopaking, dan Kebejen.
Komper Wardopo