blank
Himpunan Mahasiswa Teknologi Informasi (Himmatisi) dan Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himalika) Universitas Semarang (USM) menggelar Sekolah Dasar Organisasi (SDO) secara daring dengan tema ''Membangun Jiwa Kepemimpinan yang Berkarakter pada Generasi Z'', baru-baru ini. (foto:humas USM)

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Himpunan Mahasiswa Teknologi Informasi (Himatisi) dan Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himalika) Universitas Semarang (USM) menggelar Sekolah Dasar Organisasi (SDO) secara daring dengan tema ”Membangun Jiwa Kepemimpinan yang Berkarakter pada Generasi Z”, baru-baru ini.

Dekan Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi (FTIK) USM, Prind Triajeng Pungkasanti SKom MKom mengatakan, mahasiswa yang mengikuti organisasi akan mendapatkan banyak manfaat, terutama soft skill maupun hard skill.

”Untuk mengawali karier dalam berorganisasi, sangat penting untuk mengikuti kegiatan Sekolah Dasar Organisasi ini. Sekolah ini sebagai pijakan awal mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman lebih dalam berorganisasi,” ujar Prind.

Dalam kegiatan ini hadir beberapa narasumber di antaranya, Sentot Banjuadji Dhanawangsa STP (Kabag Kemahasiswaan dan Alumni USM), Aria Surya Jaya SIKom dan Ahmad Misbahul Munir SKom.

Sentot Banjuadji mengapresiasi kegiatan yang diikuti 77 peserta dari prodi Teknik Informatika, Ilmu Komunikasi dan Pariwisata.
Dalam paparannya, Sentot menyampaikan etika dalam organisasi, pola sikap dan perilaku dalam berorganisasi.

”Setiap individu dan kelompok dalam organisasi, pada akhirnya akan membentuk budaya organisasi yang sejalan dengan visi, misi, dan tujuan organisasi,” ungkap Sentot.

Dia mengatakan, organisasi terdiri atas sejumlah orang dengan latar belakang, kepribadian, emosi, dan ego yang beragam dan hasil interaksi berbagai orang tersebut membentuk budaya organisasi.

Sementara itu, Aria Surya Jaya menjelaskan tentang teknik dasar public speaking. Materi tersebut memberikan pemahaman seseorang untuk percaya diri, tersenyum, teknik vocal dan gesture.

”Dalam berorganisasi seseorang harus mampu berpikir kritis. Artinya, memiliki kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah secara rasional dan sistematis,” ungkapnya.
Manfaat berfikir kritis, katanya, antara lain meningkatkan kreativitas dan inovasi, mudah mengobservasi, adaptive, good problem solver.

Ketua panitia, Muhammad Ghozali Khusyaini mengatakan, kegiatan menghadirkan narasumber yang kompeten, sehingga peserta mendapatkan materi tentang cara menjadi generasi yang berfikir kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.

”Kegiatan proker ini bertujuan untuk mampu memberikan harapan lebih terhadap bangsa melalui inovasi, komunikasi ,dan ekspresi serta toleransi,” ungkap Ghozali.

Muhaimin