blank

SEMARANG – Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula Erna Melastuti SKep Ns MKep, berhasil meraih gelar Doktor dari program Doktor Ilmu Keperawatan Unair (14/6). Wanita kelahiran Brebes 20 Mei 1976 ini berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Pengembangan Model Kepatuhan Berbasis Regulasi Diri Terhadap IDWG, Kadar natrium, Tekanan darah dan Functional Independence Pada Pasien Hemodialisis.

Sidang dipimpin oleh Prof Dr Ah Yusuf SKp MKes dengan para penguji antara lain Prof Dr Nursalam MNurs (Hons), Dr Tintin Sukartini SKp MKes, Prof Dr Gunarto SH MHum (Rektor Unissula), Dr Esti Yunitasari SKp MKes, Dr Ika Yuni Widyawati SKep Ns MKep Sp KMB, Dr Ahsan SKp MKes, Dr Sriyono SKep Ns MKep SpKep MB.

Dr Erna Melastuti dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude. Ia merupakan lulusan ke enam dari program Doktor Keperawatan Unair dan berhasil mempublikasikan hasil penelitian pada jurnal Indian Journal of Public Health Research and Development, International Journal of Psychosocial Rehabilitation, Macedonian Journal of Medical Sciences, Studies on Ethno Medicine.

Menurut Erna Melastuti keberhasilan proses dialisis bukan semata-mata menjadi tanggung jawab pasien, namun harus dilihat bagaimana faktor-faktor lain yang memengaruhi perilaku seseorang dalam melengkapi pengobatannya dan mematuhi pengobatan mereka.

Secara umum, hal-hal yang perlu dipahami dalam meningkatkan tingkat kepatuhan adalah bahwa pasien memerlukan dukungan, bukan disalahkan. Memperbaiki kepatuhan pasien hemodialisis merupakan intervensi terbaik dalam rangka mencapai keberhasilan pengobatan pasien ESRD. Sistem pelayanan hemodialisis harus terus berkembang agar selalu dapat menghadapi berbagai tantangan baru.

Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan, diketahui bahwa kepatuhan perawatan diri pasien hemodialisis dapat dibentuk melalui peningkatan strategi koping. Akan tetapi, teryata berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan kepatuhan perawatan diri pada pasien HD ini tidak hanya dipengaruhi oleh koping, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor informasi dan motivasi.

Namun pengaruh strategi koping terhadap kepatuhan perawatan diri hampir dua kali lebih tinggi apabila dibandingkan dengan faktor informasi dan motivasi. Oleh karena itu, dalam membentuk kepatuhan pasien HD perlu tahapan tahapan yang harus dilalui.

Pertama, harus meningkatkan informasi, karakteristik personal, memperbaiki situasi emosi, dan meningkatkan motivasi pasien. Kedua, kita juga harus memastikan pasien mempunyai penilaian positif terhadap masalah-masalah yang mereka hadapi dalam menjalani proses dialisis. Ketiga, kita harus membantu pasien HD menemukan strategi koping yang baik dalam menyelesaikan masalah- masalahnya terkait HD. Dengan adanya strategi koping yang baik inilah kepatuhan pasien dalam menjalani serangkaian proses dialisis dapat dibentuk.

Diperlukan pendekatan secara multidisiplin dalam menyelesaikan masalah ketidakpatuhan pasien dalam menjalani proses terapi hemodialisis. Petugas layanan HD seharusnya memberikan edukasi dengan metode yang kooperatif dan didukung dengan media yang informatif untuk membantu memunculkan niat pasien dalam mengelola cairan, diet, pengobatan, dan pengelolaan aktifitas fisik melalui motivasi personal maupun motivasi sosial. Di dalam kasus pasien hemodialisis, edukasi kepatuhan mengenai pembatasan cairan harus lebih diperhatikan, karena ketidakpatuhan pasien dalam membatasi cairan akan sangat berdampak pada peningkatan IDWG dan dapat memperparah gejala-gejala yang dirasakan pasien.