SEMARANG (SUARABARU.ID)- Speech delay atau masalah terlambat bicara pada anak, merupakan hal yang perlu diwaspadai orangtua. Ini terjadi karena speech delay dapat memengaruhi pertumbuhan dan psikis anak di masa depan.
Dikatakan Dokter Spesialis Anak, dr Ajeng Indriastari, banyak orangtua tidak menyadari jika anaknya tengah mengalami speech delay, akibat tidak rutin memantau kemampuan bicara anak.
Dilansir dari Suara.com, berikut ini dr Ajeng menyampaikan tiga langkah yang harus diwaspadai orangtua kalau-kalau di buah hati berisiko mengalami speech delay.
Baca Juga: Lima Manfaat Buah Rambutan Bagi Kesehatan, Salah Satunya Dapat Turunkan Berat Badan
1. Billingual
Ini bukan berarti ayah berasal dari Eropa dan ibu dari Indonesia, sehingga bahasa maupun culture yang digunakan bercampur.
Tetapi lebih kepada tontonan dari gadget, dengan bahasa dan kata beragam, sehingga menyebabkan kebingungan pada anak.
2. Gawai
Anjuran dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merujuk pada American Academy of Pediatrics (AAP), idealnya anak berusia di bawah 2 tahun tidak boleh diperkenalkan dengan gadget sama sekali.
Baca Juga: Lima Alasan Wajib Menjaga Perawatan Kulit Wajah Bagi Kesehatan Mental
Hanya boleh videocall, itu pun karena kondisi pandemi yang tidak bisa kemana-mana.
“Kita harus bersikap bijak menggunakan gawai. Bukan berarti dikasih begitu saja lalu ditinggal. Tapi ada pendampingan dan interaksi. Karena ibarat pedang bermata dua, sesuatu bisa bermanfaat tergantung si pemakai,” papar dr Ajeng.
Di era serba digitalisasi sekarang ini, kita memang tidak bisa 100 persen antigadget dan kita tidak bisa melawan zaman.
Baca Juga: 4 Manfaat Kencur untuk Kesehatan
Tetapi jangan sampai menjadikan gadget ini sebagai electronic baby sitting, gadget diberi pada anak begitu saja lalu anak tidak diajak ngobrol.
3. Alarm
Maksud dari alarm ini adalah deteksi dini, karena seringkali speech delay itu datang terlambat.
Padahal dari umur 9 bulan sudah bisa dilihat tanda-tandanya, seperti belum bisa ngomong mama papa atau ketika diajak main cilukba orangtua sudah heboh tapi anaknya cuek.
Baca Juga: Kesehatan Masyarakat Kajoran Dipantau Tiap Bulan
Perlu ada tes dan screening juga untuk mencari tahu penyebab speech delay pada anak.
Kemudian ini juga butuh kerja tim, artinya dari dokter, terapis, orang tua, bahkan psikolog pun harus bekerja sama. Karena banyak ibu yang stres ketika anaknya mengalami gangguan.
“Ada kasus, saya tinggal di Bekasi, Bekasi kan ibaratnya tetangga Jakarta, saya sebulan itu pasti mendapat satu pasien gizi buruk. Sudah usia 2 tahun beratnya 6,5 kilogram, jelas gak bisa ngomong, jangankan ngomong, duduk sendiri aja nggak bisa.”
Baca Juga: Benarkah Mengurangi Rokok Dapat Menjaga Kesehatan Mulut?
“Kan gak mungkin saya suruh terapi wicara, pasti dibenerin dulu nutrisinya. Nah Ini saya bilang kerja samanya harus dari berbagai pihak,” kata dia.
Peran berbagai pihak untuk mengatasi anak dengan speech delay, juga dipaparkan oleh Dokter Umum, dr Ramlan Zuhair Pulungan.
Ia mengatakan orangtua seringkali tidak mempercayai anaknya untuk bercerita sendiri. Jadi ketika ia bertanya pada anak, yang menjawab justru orangtuanya.
Baca Juga: Keajaiban Puasa Bagi Kesehatan
“Saya melihat anak-anak di tempat saya praktik dan rumah sakit saya bekerja, dia memang sulit sekali berbicara. Ketika saya tanya anak, dia selalu melihat ke orang tua atau yang jawab selalu orangtuanya. Nah itu faktor sosial juga memengaruhi anak bisa bicara apa gak,” kata dr Ramlan dalam kesempatan yang sama.
Ketika anak jarang diajak bertemu lingkungan luar seperti ke taman bermain atau ke rumah keluarga, maka akan berpengaruh pada penyebab speech delay.
Terakhir ia mengingatkan, jangan pernah sengaja berbicara cadel pada anak, artinya ketika anak menyebut ‘susu’ dengan ‘cucu’, maka orangtua harus tetap selalu menggunakan bahasa yang benar.
Claudia