SOLO (SUARABARU.ID) – Dua legenda sepak bola Nusantara, yakni kakak-adik Didik Darmadi dan Adityo Darmadi, Senin (14/2), melalukan prosesi cap telapak kaki di Museum TitikNol Pasoepati Surakarta.
”Tadi datang mruput (pagi-pagi),” jelas Mayor Haristanto. Pendiri Museum TitikNol dan Presiden Perdana Pasoepati Tahun 2000-2001 ini, mengatakan, prosesi pengambilan cap telapak kaki macan bola ini berlangsung 12 menit. Diawali cuci kaki, dan diakhiri dengan menuliskan nama dan membubuhkan tanda tangannya.
Mayor, tokoh kreatif Kota Bengawan yang berulangkali menerima anugerah rekor dunia dari MURI, megatakan, cap telapak kaki Didik dan Adityo akan menjadi koleksi baru Museum TitikNol Pasoepati di Jalan Kolonel Sugiyono 37 Nusukan, Banjarsari, Surakarta.
Seperti diberitakan, pemberian dokumen cap telapak kaki, sebelumnya diberikan oleh tiga legenda bola Nusantara, Rully Nere, Bambang Nurdiansyah dan Herry Kiswanto.
Adityo Darmadi, Macan Persija Peraih Emas Sea Games 1987, lahir di Solo Tanggal 12 November 1961. Dia mengawali karir sepakbolanya di klub Adidas Solo.
Macan Kemayoran
Sejak usia 10 tahun, Adityo bersama sang kakaknya, Didik Darmadi, belajar sepakbola hingga keduanya hijrah ke Jakarta membela klub Indonesia Muda di kompetisi Galatama.
Tahun 1985, Adityo dan sang kakak pindah ke Persija Jakarta. Di Persija, nama Adityo melambung tinggi setelah berhasil menyelamatkan Macan Kemayoran dari jurang degradasi.
Pada tahun 1986, Persija bisa bangkit di Kompetisi Divisi Utama PSSI. Prestasi Persija makin menanjak sejak Adityo Darmadi bergabung. Bahkan pemain yang identik dengan nomor punggung 8 itu, menjadi top skor kompetisi dengan 10 gol.
Tapi sayangnya, Adityo tak mampu mengantarkan Persija juara setelah takluk dari Persebaya Surabaya dalam laga final tahun 1988. Meski demikian, Adityo punya pengalaman manis terkait juara. Tepat tahun 1987, Adityo meraih medali emas Sea Games di Jakarta.
Bambang Pur