blank
PERKEMBANGAN - Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal dr Sri Primawati Indraswari menunjukkan grafik perkembangan kasus Covid-19. (foto: nino moebi)

TEGAL (SUARABARU.ID) – Kasus Covid-19 di Kota Tegal melonjak dari sebelumnya di level 1 saat ini naik menjadi level 3 Jawa Tengah. Pembagian level asesstment Covid-19 Kabupaten/Kota sesuai Inmendagri Nomor 9 Tahun 2022 diberlakukan dari 8-14 Februari 2022.

“Pemicunya pertama memang kita ada lonjakan kasus yang terkonfirmasi, penambahan kasus hariannya bertambah terus dari hari ke hari,” Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal dr Sri Primawati Indraswari Sp.KK MM MH di kantornya Rabu (9/2/2022).

Bahkan Prima menyebutkan, untuk terhitung Rabu (9/2/2022) pukul 14.00 WIB penambahan kasus baru sebanyak 81 kasus. Pemicu selanjutnya jumlah yang dirawat di rumah sakit meningkat dan positivity rate juga meningkat.

Angka positivity rate didapatkan dari jumlah kasus harian dibagi dengan jumlah pemeriksaan harian dan dikali 100. Tiga faktor tersebut yang
menyebabkan Kota Tegal menjadi level 3.

“Update saat ini pukul 14.00 terkonfirmasi positif, kemarin 178 ada tambahan hari ini 81 jadi 259. Dirawat kemarin ada 27 hari ini ada tambahan menjadi 35, isolasi mandiri yang sebelumnya 126 hari ini menjadi 205,” katanya.

Prima merinci, untuk ketersediaan bed isolasi di rumah sakit ada penambahan. Prima menyebutkan, RSUD Kardinah 58 bed, Rumah Sakit Islam Harapan Anda 64, RS Mitra Keluarga 23 bed. Jadi ketersediaan bed isolasi di Kota Tegal ada 145 bed. Jadi, keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) 46,82 persen.

Sedangkan untuk ICU ketersediaan bed ada 17, masing-masing RSUD Kardinah 11 bed, RSI Harapan Anda 4 dan RS Mitra Keluarga 2 bed. Keterisian dari 17 bed terisi 4 sisa 13 bed, sehingga BOR 23,52 persen. “Melihat data di atas menurut Prima derajatnya tidak berat, tetapi ada penyakit bawaan (komorbid) yang perlu diwaspadai,” ujar Prima.

Prima menjelaskan, untuk varian Omicron mesti dibawa ke Semarang, sedangkan di Semarang sendiri masih ngantri. Pihaknya pernah mengirimkan satu sample tapi sampai saat ini belum ada hasilnya dari Semarang. Belum bisa dipastikan hasilnya kapan. “Yang jelas apa pun variannya tetap harus menerapkan dan mematuhi prokes,” ujarnya.

Menyinggung Pembelajaran Tatap Muka (PTM) akan dievaluasi kembali. “Kita memahami anak-anak sekolah saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) kurang sosialisasi, tapi karena ini ada peningkatan kasus ada pembatasan jumlah PTM,” pungkas Prima.

Nino Moebi