JAKARTA (SUARABARU.ID)– Ekosistem mangrove memiliki fungsi yang sangat penting, karena berperan sebagai sabuk hijau bagi area pesisir. Selain itu juga sebagai ekosistem dengan simpanan karbon terbesar.
Tak hanya itu, melalui skema perdagangan karbon, Indonesia sebenarnya bisa menggaet pendapatan hingga Rp 350 triliun dari transaksi jual beli sertifikat emisi karbon ini.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar mengatakan, hutan mangrove memiliki sejumlah fungsi penting. Salah satunya, mampu mencegah abrasi laut.
BACA JUGA: Siswa SMK Maarif 2 Gombong Antusias Ikuti Sosialisasi Donor Darah
”Dari sisi fisik, mangrove berakar banyak dan batangnya kukuh, mampu mencegah bahaya tsunami, ombak, dan abrasi laut,” kata Siti Nurbaya, saat membuka Workshop Percepatan Rehabilitasi Mangrove, di Kempinski Hotel Indonesia, Jakarta, Kamis (20/1/2022).
Dia juga menjelaskan, mangrove memiliki fungsi ekologi, yaitu menjadi filter polusi air dan udara. Ini karena sifatnya yang bisa tumbuh pada kondisi tanah berlumpur, dan mampu menyerap polusi dari udara.
”Mangrove sebagai habitat tempat hidup dan berkembang biaknya berbagai jenis ikan, dan biota laut lainnya,” ujar politikus Partai Nasdem itu.
BACA JUGA: Kontroversi Pembangunan Hotel Karimunjawa, Ini Tanggapan Project Manager PT Levels Hotel Indonesia
Ditambahkannya, mangrove memiliki fungsi ekonomi, karena menghasilkan buah atau biji, yang bisa dijadikan makanan atau minuman. Kulit batang dan daun mangrove juga bisa menjadi bahan baku pewarna batik. Manfaat lainnya adalah, hutan mangrove bisa dikembangkan dan dimanfaatkan menjadi spot lokasi wisata alam.
Menteri Siti mengungkapkan, data Peta Mangrove Nasional (PMN) 2021 menunjukkan, sebaran luas ekosistem mangrove di Indonesia seluas 3,36 juta hektare.
Dia menyebutkan, sebanyak 2.6 juta hektare di antaranya, berada di dalam kawasan, dan 702 ribu hektare lainnya di luar kawasan.
BACA JUGA: Hebat Gozali! Foto Selfienya Raup Miliaran Rupiah
Sementara itu, Ketua Umum PWI Pusat, Atal S Depari menegaskan, bangsa Indonesia punya tangggung jawab dan peran yang sangat penting, dalam mengawal perubahan iklim dunia menjadi lebih baik.
”Berdasarkan data dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Indonesia memiliki hutan hujan tropis ketiga terbesar di dunia, dengan luas area sekitar 125 juta hektar, yang didalamnya terdapat area hutan mangrove dan gambut,” jelas Atal.
Menurut dia, fakta itu menjadi salah satu alasan Panita Pusat Hari Pers Nasional (HPN) 2022, untuk merumuskan komitmen bersama, guna merehabilitasi mangrove.
BACA JUGA: Ijazah Formal Merupakan Modal Dasar Menyongsong Masa Depan
”Dalam rangkaian peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2022, akan kita gaungkan Gerakan Nasional Penyelamatan Mangrove. Salah satu kegiatannya, mengadakan workshop ini,” tutur Atal lagi.
Melalui kegiatan workshop ini, telah dirumuskan komitmen dukungan percepatan rehabilitasi mangrove, yang akan ditandatangani gubernur dari sembilan provinsi prioritas rehabilitasi mangrove, pada puncak perayaan Hari Pers Nasional 9 Februari mendatang.
Workshop ini menghadirkan beberapa pembicara, antara lain Hartono Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi, Dirjen PDAS Dyah Murtiningsih, Direktur Yayasan Konservasi Alam Nusantara Muhammad Ilman, Denny Nugroho (Undip) dan Nurjaman Mochtar (PWI Pusat).
Dalam acara ini juga dilakukan Penyusunan Draf Kesepakatan Bersama 9 Gubernur Dalam Rangka Mendukung Percepatan Rehabilitasi Mangrove. Ada pun sembilan gubernur itu dari Provinsi Sumatra Utara, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua dan Papua Barat.
Riyan