BLORA (SUARABARU.ID) – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Blora menyelenggarakan pelatihan Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), Kegiatan Pembudayaan Gemar Membaca Tingkat Kabupaten, Rabu (03/11/2021).
Kegiatan dilaksanakan di ruang pertemuan aula gedung layanan Perpustakaan DPK Blora mengambil tema Kembangkan Potensi Kearifan Lokal Untuk Mewujudkan Blora Unggul dan Berdaya Saing.
Peserta pelatihan sejumlah 50 orang terdiri dari pengelola perpustakaan desa dan kelurahan lokasi pilot project program nasional TPBIS tahun 2021.
Acara dibuka oleh Kepala Bidang Perpustakaan Nugraheni Wahyu Utami, SP, mewakili Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Blora, Aunur Rofiq, SE, M.Si.
Mengawali arahan dan sambutan, Nugraheni Wahyu Utami, SP, mengucapkan rasa syukur kepada Allah, karena dapat berkumpul dan bersilaturahim untuk bersama-sama saling bertukar ilmu dan pengetahuan di dalam mengembangkan literasi dan kesejahteraan di Kabupaten Blora.
“Pada kesempatan yang baik ini, kami berterimakasih kepada bapak dan ibu semuanya. Saya sangat bersyukur dan berbangga bisa bertemua dengan semuanya dalam keadaan baik, semuanya sehat. Semoga niat baik kita semuanya hari ini untuk saling bersilaturahmi mendapatkan ridho dari Allah, untuk memperjuangkan literasi bagi kabupaten Blora,” ungkap Nugraheni.
Dirinya juga menyampaikan permohonan ijin kepada peserta pelatihan karena Kepala DPK Blora tidak bisa hadir sebab ada agenda pembahasan APBD 2022 di Yogyakarta.
“Jadi beliau Kepala DPK titip salam kepada panjenengan semuanya. Salam taklim, salam bangga dari beliau untuk kita semua para pejuang inklusi dan literasi, semoga dengan tidak hadirnya beliau tetap menambah semangat kita,” ucap Kepala Bidang Perpustakaan.
Pelatihan yang menghadirkan sejumlah narasumber, diharapkan bisa menambah ilmu pengetahuan untuk menambah semangat dan motivasinya, sehingga dapat mengembangkan Perpustakaan di masing-masing desa dan kelurahan.
“Tadi saya cek di daftar, yang hadir disini adalah semua pengelola perpustakaan baik yang ada di desa dan kelurahan. Jadi memang, rupanya pengembangan transformasi Perpustakaan berbasis inklusi itu tidak hanya sudah mulai di kabupaten, namun sudah berkembang di desa dan kelurahan yang panjenengan laksanakan,” ungkapnya.
Pihaknya juga mengucapkan syukur alhamdulillah, beberapa perpustakaan desa dan kelurahan sudah membawa produk-produk hasil inklusi.
“Ada yang membawa rajut dan sebagainya. Itu menunjukan bahwa dengan adanya Perpustakaan yang telah dikelola sudah bisa menghasilkan sesuatu yang menambah inkam bagi masyarakat yang ada di desa dan kelurahan. Mari kita syukuri untuk hal tersebut,” kata Nugraheni Wahyu Utami.
Ia menyebut, pemerintah pusat memberikan perhatian yang serius melalui lembaganya yang ada di Perpustakaan Nasional Indonesia dengan menggulirkan kegiatan yang bernama Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS).
“Kegiatan ini sudah dimulai tahun 2018 sebetulnya. Dulu namanya Perpu Seru. Kemudian pada tahun 2020 kegiatan itu dikembangkan dengan nama yang baru yang disebut inklusi,” terangnya.
Bedanya, antara Perpu Seru dan Inklusi, kata Nugraheni, kalau inklusi kata depannya adalah transformasi. Harapannya, dari pemerintah itu ada perubahan (transform) pemahaman masyarakat terhadap Perpustakaan.
“Dulu orang ngertinya perpustakaan itu tempat membaca. Tempat menyimpan buku. Nah ini ada penekanan dari pemerintah pusat bahwa perpustakaan kita ini sebetulnya tidak hanya untuk menyimpan dan membaca buku, tetapi bagaimana orang yang datang ke perpustakaan itu bisa mendapatkan fungsi yang lebih,” ujar Nugraheni Wahyu Utami.
Dikatakannya, hal itu ada Undang-Undangnya juga, yaitu Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 terkait fungsi perpustakaan.
“Mulai tempat penyimpanan koleksi, buku-buku, karya rekam, semua disimpan di Perpustakaan yang terkait dengan ilmu pengetahuan,” jelasnya.
Kemudian tempat pendidikan, yaitu tempat orang datang untuk belajar, menimba ilmu dan menuntut ilmu.
Adapun materi yang disampaikan dari para narasumber yaitu, Konsep dan Strategi Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial. Peran TP-PKK dalam pengembangan Program Inklusi Sosial.
Selanjutnya, materi perihal Strategi Promosi dan Pemasaran. Industri Rumah Tangga yang Aman. Sinergitas Program Pengembangan Masyarakat Desa Melalui Pemberdayaan Masyarakat.
Sementara itu, Kepala Seksi Pembinaan Perpustakaan Bidang Perpustakaan DPK Blora Arif Chusaini, SE, dalam laporannya menjelaskan, 50 orang peserta pelatihan berasal dari Perpusdes Lentera Desa Balong Kecamatan Jepon. Perpusdes Kartini Desa Nglobo Kecamatan Jiken, Perpusdes Lintang Desa Tawangrejo Kecamatan Kunduran.
Berikutnya, Perpusdes Ngudi Kawruh Desa Temurejo Kecamatan Blora dan para peserta dari pengelola perpustakaan desa dan kelurahan binaan, yaitu Kelurahan Bangkle, Kelurahan Kedungjenar, Kelurahan Jetis, Desa Jiworejo, Desa Geneng, Desa Brabowan, Desa Purwosari dan Desa Biting Kecamatan Sambong.
Arif Chusaini, SE juga menginformasikan bahwa dari program TPBIS tahun 2021 ada lima Perpusdes yang mendapatkan bantuan dari Perpusnas Republik Indonesia yang ditetapkan dengan Keputusan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2021 tentang “Penetapan Perpustakaan Desa Penerima Bantuan Peningkatan Layanan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Tahun 2021.
Ketua TP PKK Kabupaten Blora Hj. Ainia Sholichah, SH, M.Pd.AUD, M.Pd.BI bersama sejumlah pengurus berkesempatan meninjau hasil produk inklusi Perpusdes dan memberikan apresiasi serta memborong hasil karya tersebut.
“Kita terus mendorong supaya lebih kreatif dan inovatif, sehingga makin berkembang guna meningkatkan ekonomi masyarakat,” pesan Bunda Ain, sapaan Hj. Ainia Sholichah.
Kudnadi.
- Peserta Pelatihan Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial di DPK Kabupaten Blora.
- Pelatihan Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial di DPK Kabupaten Blora.
- Narasumber Pelatihan Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial di DPK Kabupaten Blora.