Oleh : Indria Mustika, M.Pd
Ketika memperingati hari kelahiran maupun hari kematian RA Kartini, kita sering kali terjebak pada kesalahan yang terus berulang setiap tahun. Kita hanya mengenang figurnya dan kemudian lupa memaknai nilai perjuangan, gagasan dan semangatnya. Padahal itu pula yang menjadi inspirasi para pejuang kemerdekaan Indonesia. Akhirnya mengenal sosok R.A. Kartini hanya sebatas kulit ari, pahlawan emansipasi perempuan Indonesia yang lahir di Jepara.
Setelah itu kita gagap menangkap nilai-nilai keutamaan R.A. Kartini yang harus ikut meneladani. Padahal dengan memahami nilai-nilai dan gagasannya kita akan mengerti hal-hal bernilai yang telah dari R.A. Kartini di sepanjang hayatnya dan kemudian mengimplementasikan dalam konteks kekinian.
Nilai-nilai ini kemudian menjadi lebih berharga dan bermakna jika dapat di integrasikan dalam pendidikan karakter bangsa ini, utamanya anak–anak dan generasi muda.
Hal ini menjadi penting sebab dewasa ini pembangunan karakter bangsa menghadapi persoalan serius mulai arah pendidikan yang menempatkan kemampuan akademik sebagai fokus utama, penetrasi budaya asing yang sangat masif, hingga berkurangnya keteladanan para pemimpin dan bahkan orang tua.
Karena itu belajar dari perjalanan hidup, spirit, cita-cita dan gagasan R.A. Kartini dalam dimensi historis-sosiologis, surat-surat panjang kepada 11 sahabatnya dan dua nota kepada pemerintah Belanda, dapat menjadi pijakan utama kita dalam merumuskan nilai-nilai yang masih relevan sampai saat ini.
Sapta Nilai Keutamaan
Banyak nilai-nilai luhur dan turunannya yang dapat kita ambil dari gagasan, sikap dan perbuatan R.A. Kartini. Nilai-nilai itu merupakan saripati dalam sejumlah diskusi. Karena jumlah nilai keutamaan sebanyak tujuh, maka disebut sebagai Sapta Keutamaan Nilai Keteladanan R.A. Kartini yang meliputi:
Pertama, emansipatif. Nilai ini meliputi kesetaraan dan persamaan derajat bukan hanya antara laki-laki dan perempuan, tetapi mencakup kepekaan dan kepedulian sosial, semangat pembebasan melawan ketidak adilan, kezaliman, kebodohaan, kemiskinan dan keberanian menghadapi penindasan walaupun atas nama adat.
Kedua; nasionalis. Apa yang dilakukan oleh R.A. Kartini adalah wujud cintanya pada bangsa dan tanah air. Ini bentuk aktualisasi dengan sikapnya yang sangat menghargai keberagaman dan pluralitas, mengembangan budaya dan tradisi serta menerima kemajuan dari manapun selama mendukung penguatan jati diri bangsanya.
Ketiga; kritis. Walaupun harus berada dibalik dinding pingitan, semangat untuk terus belajar, telah menjadikan R.A. Kartini sebagai pribadi yang cerdas dan argumentatif, rasional dan analitis dalam melihat persoalan hingga memiiliki pemikiran yang lengkap tentang persoalan yang dihadapi oleh bangsanya dan sekaligus merumuskan jalan keluarnya.
Keempat, kreatif. R.A. Kartini sangat terbuka dengan gagasan dan ide baru, terbuka terhadap perubahan, menciptakan peluang berkarya, inovatiif dan senantiasa berorientasi kemasa depan. Seperti yang telah dilakukan dengan merubah orientasi seni ukir Jepara dari seni menjadi kerajinan. Termasuk memasukkan motif-motif baru pada ukir dan batik Jepara.
Kelima; optimis. Pingitan tidak membuat R.A. Kartini menyerah. Juga saat permohonan bea siswa ke Batavia tidak juga turun hingga datangnya lamaran Bupati Rembang yang telah memiliki istri. Selalu saja ada optimisme R.A. Kartini dari setiap persoalan berat yang dihadapi. Ia gigih memperjuangkan keyakinan, berprasangka dan berkehendak baik, berfikir positif dan selalu berorientasi pada masa depan.
Keenam; bersahaja. Kesederhanaan adalah salah satu ciri R.A. Kartini. Menghormati sesama, tepa slira dan tidak menyombongkan diri walaupun ia anak seorang Bupati. Ia bahkan tidak mau mengambil haknya sebagai putri bangsawan untuk mendapatkan penghormatan dari orang-orang yang oleh adat harus menghormatinya.
Ketujuh; jujur. R.A. Kartini senantiasa terbuka menyampaikan kebenaran dan keyakinannya dan bersedia belajar kepada orang lain serta menghormati pendapat orang lain walaupun berbeda dengan pandangannya. R.A. Kartini obyektif dan berani mengoreksi diri sendiri.
Sapta Keutamaan Nilai Keteladanan RA Kartini ini bukanlah sebuah teks mati. Tentu saja sangat terbuka untuk menerima pemikiran baru. Nilai patriotik, kolaboratif, komunikatif dan inovatif misalnya terasa masih sangat relevan untuk memperkuat nilai-nilai keutamaan RA Kartini.
Harapan kami, pemikiran ini justru bisa memantik diskusi bersama untuk merumuskan nilai-nilai keutamaan R.A. Kartini yang masih relevan untuk kita teladani dan wariskan dan kemudian menjadi kesepakatan bersama, kita para pewaris.
Indria Mustika, M.Pd, adalah Sekretaris Yayasan Kartini Indonesia