TEGAL (SUARABARU.ID) – Untuk menambah literasi terhadap pemahaman uang rupiah dan ekonomi syariah di kalangan pondok pesantren dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tegal menyelenggarakan sosialisasi Cinta, Bangga dan Paham (CBP) rupiah, Minggu (12/9/2021).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tegal M Taufik Amrozy menyampaikan, sosialisasi bertema ‘Edukasi Rupiah Melalui Cinta, Bangga dan Paham’ kepada masyarakat di lingkungan pondok pesantren dan (LKSA) yang dilakukan secara virtual. Kegiatan tersebut juga di ikuti oleh masyarakat secara umum.
Dikatakan, kecintaan terhadap rupiah ditumbuhkan dengan cara mengenali filosofi uang rupiah, bagaimana merawat uang rupiah, dan menjaga diri dari tindak kejahatan uang palsu dengan pengetahuan ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kebanggaan terhadap rupiah ditanamkan dengan cara menjaga kedaulatan uang rupiah sebagai simbol negara berdaulat, dengan cara menggunakan uang rupiah dalam setiap transaksi dan memaknai uang rupiah sebagai alat pemersatu bangsa. Pemahaman terhadap rupiah dikampanyekan dengan menjelaskan fungsi rupiah tidak hanya sebagai alat pembayaran namun, juga sebagai alat penyimpan nilai sehingga menumbuhkan sikap bijak berbelanja dan sikap hemat.
Hal ini akan menumbuhkan budaya menabung dan berinvestasi untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional.
“Selain itu, sebagai upaya Bank Indonesia untuk mendorong berkembangnya ekonomi dan keuangan syariah pada kesempatan sosialisasi juga diberikan materi terkait dengan literasi ekonomi syariah. Bank Indonesia concern dalam pengembangan ekonomi syariah agar dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru nasional yang strong, balance, sustainable and inclusive,” kata M Taufik Amrozy.
Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi masyarakat muslim terbesar dunia harus mampu menjadi negara produsen produk halal sebagaimana negara-negara lain seperti Thailand (bumbu-bumbuan halal), Brazil (ayam halal), Australia dan New Zealand (daging sapi halal) dan Tiongkok (tekstil berlabel halal). Negara-negara tersebut adalah negara dengan penduduk mayoritas non muslim.
Berkembangnya usaha produktif berbasis pesantren pada akhirnya dapat mendorong akselerasi ekonomi syariah nasional sebagai penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Selain ekonomi syariah, Bank Indonesia juga berkontribusi nyata dalam upaya pemulihan ekonomi nasional baik melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana sebagai bagian dari sinergi kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah untuk pendanaan APBN 2021.
Hingga 15 Juni 2021, pembelian SBN di pasar perdana tercatat sebesar Rp 116,26 triliun yang terdiri dari Rp 40,80 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp 75,46 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO). Selanjutnya pada tanggal 23 Agustus 2021, Bank Indonesia bersama Kementerian Keuangan melakukan penandatanganan SKB III yang mengatur pembelian surat berharga negara di pasar Perdana oleh Bank Indonesia, pengaturan partisipasi antara Pemerintah dan BI untuk pengurangan beban negara, untuk pendanaan anggaran penanganan kesehatan dan kemanusiaan dalam rangka penanganan dampak Covid-19 termasuk pembelian vaksin Covid-19.
Selaras dengan hal tersebut, pada sosialisasi CBP rupiah kali ini kami mengundang Ketua IDI Cabang Tegal, dr M Sofwan Arifi sebagai salah satu narasumber untuk memberikan sosialisasi kebiasaan baru masyarakat di era pandemi Covid-19. Hal ini, merupakan wujud nyata dari kepedulian Bank Indonesia dalam meningkatkan wawasan kesehatan kepada masyarakat di lingkungan pondok pesantren dan LKSA di era pandemi Covid-19.
Pengetahuan tentang kesehatan dapat memberikan pemahaman terhadap tingkat keinginan (awareness) masyarakat untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Masyarakat yang sadar dalam penerapan protokol kesehatan akan secara langsung turut mensukseskan program pemerintah dalam pemutusan rantai penularan Covid-19.
Nino Moebi