DPRD Jateng: Jangan Telan Mentah, Kenali Informasi dalam Ruang Digital
Berlian TV DPRD Jateng menggelar kegiatan Dialog Parlemen bertema Kenali Disinformasi dalam Ruang Digital dengan menampilkan narasumber anggota dewan, Polri, akademisi, dan pengamat media, Selasa (31/8/2021). (doc/ist)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – DPRD Jateng mengimbau kepada seluruh warga masyarakat untuk tidak menelan mentah – mentah dan harus menyaring semua informasi yang beredar saat ini, terlebih lagi di era teknologi digital dan media sosial yang meraja sekarang ini.

 

Wakil Ketua DPRD Jateng, Ferry Wawan Cahyono, mengatakan, perkembangan teknologi di era digital saat ini memberi akses kepada seseorang untuk mendapatkan informasi dengan sangat mudah. Akibatnya, sulit untuk memilih dan memilah informasi sehingga bisa memunculkan hoaks, disinformasi maupun misinformasi.

 

Oleh karena itu, menurut politisi dari Fraksi Golkar ini menyatakan sudah saatnya semua pemangku kebijakan untuk memberi penjelasan dan pengertian kepada masyarakat supaya tidak menelan mentah-mentah segala informasi yang masuk dalam media sosial.

 

“Sulit sekarang ini mana informasi yang direkayasa, mana yang memutarbalikkan fakta dan mana informasi yang benar. Menjadi tugas kita semua untuk memberi literasi, pemahaman informasi yang benar kepada masyarakat,” katanya saat menjadi narasumber dalam acara Dialog Parlemen bertema Kenali Disinformasi dalam Ruang Digital, Selasa (31/8/2021).

 

blank
Wakil Ketua DPRD Jateng, Ferry Wawan Cahyono, S.Pi. M.Si
Butuh Literasi Digital

Ferry menjelaskan, semula informasi hanyalah sebuah alat untuk membantu kebutuhan manusia. Seiring perkembangan zaman, makna informasi menjadi luas, mulai dari hal untuk memenuhi kebutuhan manusia, dengan memudahkan orang berinteraksi dan bersosialisasi sampai sebuah alat propaganda baik positif maupun negatif.

 

“Karena itulah, di masyarakat harus ada pemahaman mengenai informasi yang benar, karena jadi berbahaya sekali manakala informasi yang sesat malahan justru jadi sebuah alat pembenaran,” katanya.

 

Penegasan yang sama oleh Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Iqbal Al Qudusy, juga menyatakan. Dengan menggunakan aplikasi Zoom Meeting, ia menyatakan, pentingnya memberikan literasi digital kepada masyarakat terutama kalangan milenial. Dari data kominfo, pengguna gadget/gawai mendominasi kalangan muda.

 

“Ini patut kita antisipasi supaya kalangan muda benar-benar sadar dapat memilih dan memilah informasi yang benar. Jangan sampai mereka menjadi bingung dengan informasi,” katanya menjelaskan.

 

blank
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Iqbal Al Qudusy, menyatakan pentingnya edukasi literasi digital kepada kaum milenial.
Pentingnya Edukasi Berbagi Informasi

Sementara itu, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Undip, Lintang Ratri, juga menjelaskan, tanpa ada literasi yang kuat maka pengguna internet di Indonesia bisa dengan mudah terpengaruh pada isu-isu sensitif seperti agama, politik.

 

“Saat pandemi saja, ruang digital Tanah Air tercatat banyak bermunculan hoaks terkait Covid-19, paling banyak muncul di kanal Youtube,” katanya.

 

Dari pengamatannya dalam ruang digital era dewasa ini terbilang sangat super sibuk. Membanjirnya informasi itulah, lanjut dia, akhirnya menjadikan orang mudah terjebak. Dengan membaca judul saja, langsung bisa menyimpulkan.

 

“Cara-cara inilah yang juga turut membahayakan. Saat Covid-19 mulai menjadi pandemi massal, setiap saat pasti ada bermunculan obat-obat yang diklaim bisa menyembuhkan Covid-19. Termasuk vaksinasi pun banyak disinformasi yang membuat orang takut disuntik,” katanya.

 

blankNarasumber lain dalam dialog tersebut, Agus Widyanto pun menegaskan disinformasi menjadi sebuah kejahatan siber yang patut ditakutkan. Ia mendorong kepolisian termasuk DPRD supaya membuat kebijakan yang benar-benar mendorong adanya literasi media digital.

 

Keempat narasumber itu sepakat pentingnya sebuah gerakan untuk menguatkan literasi bermedia. Bagi Ferry Wawan Cahyono, lembaga perwakilan rakyat akan mendorong pemerintah supaya perlu ada kebijakan yang bisa menyadarkan orang mengenai bahaya disinformasi.

 

“Cek dulu kebenaran. Jangan kemudian buru-buru ingin membagikan atau share, terutama pada masalah sensitif seperti agama juga pada masalah kesehatan,” katanya. (adv)