blank
Karena pandemi Covid-19, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tidak menggelar prosesi kirab pusaka termasuk mengarak Kerbau Kiai Slamet.

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Tanggal 1 Sura Tahun Alip 1955 versi Aspon, jatuh pada hari Selasa Pon (10/8). Tapi versi Aboge, jatuh Rabu Wage (11/8).

Budayawan Jawa peraih anugerah Bintang Budaya, Drs Kanjeng Raden Arya (KRA) Pranoto Adiningrat MM, menyatakan, versi Aboge menganut hitungan Tahun Alip jatuh hari Rabu Wage.

Tahun Baru Jawa 1955 kali ini jatuh Tahun Alip, dan menjadi awal pergantian Windu Sengara ke Sancaya. Pergantian Windu, siklusnya delapan tahunan (sewindu).

Itu sesuai dengan keberadaan jumlah tahun dalam penanggalan Jawa. Yakni Tahun Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu dan Jimakir.

Tentang versi Asopon, itu mengacu hitungan Tahun Alip jatuh Selasa Pon. ”Memang ada dua versi untuk menentukan Tanggal 1 Sura,” jelas Pranoto.

Pranoto yang abdi dalem Keraton Kasunan Surakarta Hadiningrat ini, menyebutkan,  Aboge merupakan akronim Alip Rabu Wage, dan Asopon adalah Alip Selasa Pon.

Cara Metodis
Koesmin Dwidjosiswoto (Alm), dulu menciptakan cara metodis untuk menentukan Tanggal 1 Sura. Tokoh Kejawen pakar penanggalan Jawa ini, adalah modin (juru doa) di Kampung Salak, Giripurwo, Wonogiri.

blank
Drs KRA Pranoto Adiningrat MM (tengah depan) saat memimpin tradisi Susuk Wangan di Desa Setren, Kecamatan Slogohimo, Wonogiri.

Cara menghitung kapan Tanggal 1 Sura menganut babon versi Aboge sebagai berikut: setiap Tahun Alip tanggal satu Sura-nya jatuh Rabu Wage (Aboge).

Setelah Aboge, kemudian Ekatpon. Yakni Tahun Ehe, Tanggal Satu Sura-nya jatuh pada Akat Pon (Tahun Ehe, Akat Pon).
Kemudian Walmahpon (Tahun Jimawal, Jemuah/Jumat Pon).

Selanjutnya Jesoing (Tahun Je, Seloso Pahing), kemudian Daltugi (Tahun Dal, Setu atau Sabtu Legi), Bemisgi (Tahun Be, Tanggal satu Sura-nya jatuh hari Kamis Legi (Bemisgi).

Tahun Wawu
Pedoman penghitungan tersebut, berlanjut untuk Tahun Wawu, yang hitungannya adalah Wunenwon (Tahun Wawu, Senin Kliwon). Berikut Kirmahge (Tahun Jimakir, Jemuah atau Jumat Wage).

Kalau versi Asopon, itu menganut penanggalan karya Sultan Agung Harnyakrakusuma. Raja Mataram Islam Tanah Jawa ini, membuat kalender Jawa yang memadukan Tahun Saka (India) dengan penanggalan Hijrah (Arab).

blank
Panembahan Agung Senopati Keraton Surakarta, KPAA Sura Agul-agul Begug Poernomosidi (kiri), memimpin labuhan laut selatan, sebagai upaya agar Covid-19 segera sirna.

Untuk versi Asopon, artinya Tanggal 1 Sura Tahun Alip jatuh pada hari Seloso Pon. Penentuannya terhitung mundur satu hari dari perhitungan versi Aboge.

”Kalau memahami versi Aboge dan Asopon, maka beda hari dalam menentukan Tanggal 1 Sura, bukan hal yang kontroversal,” jelas Pranoto.

Pandemi Covid
Senetara itu, Keraton Kasunanan Surakarta, menentukan Tanggal 1 Sura Tahun Alip 1955 jatuh pada Selasa Pon (10/8).

Tradisi prosesi kirab pusaka keraton, mestinya berlangsung pada Senin malam nanti (9/8).

Tapi karena pademi Covid-19, Raja Surakarta Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan (ISKS) Pakoe Boewono (PB) XII, tidak menggelar prosesi kirab pusaka.

Acara Suran mapag (menyambut) Tanggal 1 Sura sebagai Tahun Baru Jawa, Senin malam (9/8), berlangsung sederhana di dalam keraton.

Yakni dengan menerapkan protokol kesehatan (Prokes) ketat, hanya dihadiri kerabat dan abdi dalem dalam jumlah terbatas.

Bambang Pur

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini