Oleh: Nila Ubaidah, S.Pd., M.Pd.
SAAT pandemi covid-19 yang masih tetap berlangsung seperti sekarang ini pembelajaran daring atau online masih menjadi opsi yang digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar pada semua jenjang pendidikan.
Namun di sisi lainnya adalah bahwa profesi guru/dosen tidak bisa sepenuhnya digantikan dengan teknologi. Proses pembelajaran selama pandemi covid-19 memberikan pelajaran bahwa kegiatan belajar mengajar secara tatap muka lebih efektif dibandingkan secara daring atau online.
Selamanya profesi guru/dosen tidak akan tergantikan oleh teknologi. Pembelajaran penuh secara daring akhir-akhir ini banyak menimbulkan keluhan dari peserta didik, mahasiswa maupun orang tua.
Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat. Bagaimana pun, pembelajaran terbaik adalah bertatap muka secara langsung dan berinteraksi dengan guru/dosen dan teman-teman di sekolah atau kampus.
Banyak hal positif yang bisa kita petik dari prosesi belajar mengajar secara tatap muka, seperti proses pendewasaan sosial, budaya, etika, dan moral yang hanya bisa didapatkan dengan interaksi sosial di suatu area pendidikan.
Perubahan sosial yang tiba-tiba terjadi sebagai akibat merebaknya penyebaran covid-19, mengakibatkan kegagapan dalam proses penyesuaian kegiatan belajar-mengajar.
Meskipun kita harus mampu menepis dan berusaha untuk menyesuaikan serta beradaptasi dengan kebiasaan baru tersebut. Sehingga, akan butuh effort yang lebih dalam mencapai sebuah pembelajaran ideal di masa pandemi seperti saat ini.
Karena itu, guru dan dosen harus bisa cepat dalam menyesuaikan keadaan dengan mengubah target capaian, dan metode pembelajarannya.
Jangan sampai guru dan dosen membebani mahasiswa atau peserta didik dalam kondisi yang serba sulit, keterbatasan sosial dan ekonomi seperti saat ini.
Kegagapan dalam menyesuaikan metode belajar mengajar seharusnya bisa secara efektif dilakukan jika pemerintah mengantisipasi penyebaran covid-19 di Indonesia sejak awal.
Jika memang belum siap, maka seharusnya pemerintah memberikan kelonggaran target yang dituju dalam pembelajaran sehingga tidak terjadi dehumanisasi dalam proses kegiatan pembelajaran maupun kegiatan pendampingan antara orang tua kepada putra putrinya.
Mahasiswa dan peserta didik belum mendapatkan fasilitas akademik dan sosial yang memadai untuk belajar, tapi targetnya tetap.
Gambarannya seperti pemain bola yang cedera kakinya, maka latihan-latihan yang ditargetkan untuk dia otomatis dikurangi dulu hingga kondisinya normal kembali.
“Yang awalnya harus bisa menendang bola sejauh 100 meter, sekarang yang penting bisa lari-lari kecil terlebih dahulu.”
Meskipun masih banyak kelemahan dalam proses pembelajaran daring namun banyak pelajaran positif yang bisa kita petik dari pendidikan pada masa pandemi covid-19 ini.
salah satunya adalah kembalinya peran orang tua sebagai ‘madrasah’ belajar bagi putra putri tercintanya, waktu yang berkualitas yang dihabiskan oleh orangtua bersama anak-anaknya.
Bimbingan, aturan, ilmu, dan wawasan yang dibagikan oleh orangtua akan banyak bermanfaat bagi putra putrinya sehingga harmonisasi yang saling bersinergi dapat terjalin dengan indah dan bahagia. Semoga…
Saat ini kita sedang melalui krisis covid-19. Krisis yang memakan begitu banyak nyawa, terjadi pembatasan mobilitas, dan berbagai hal yang tentunya merevolusi semua bidang, khususnya bidang pendidikan.
Krisis yang menjadi tantangan luar biasa bagi negara kita dan seluruh dunia. Tetapi, dari krisis ini kita mendapatkan banyak sekali hikmah dan pembelajaran yang bisa kita terapkan saat ini dan setelahnya.
Bagi guru dan dosen ini adalah pertama kalinya melakukan pembelajaran melalui daring secara full dengan menggunakan perangkat baru, dan menyadari bahwa sebenarnya pembelajaran bisa terjadi di mana pun.
Begitu juga dengan orang tua, untuk pertama kalinya menyadari betapa sulitnya tugas guru untuk bisa mengajar anak secara efektif dan menimbulkan empati kepada guru yang tadinya mungkin belum ada.
Guru, siswa, dan orang tua sekarang menyadari bahwa pendidikan itu bukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan di sekolah saja, namun bisa dillakukan di mana pun dan kapan pun waktunya.
pendidikan akan efektif jika terjadi kolaborasi antara tiga hal ini, yaitu guru, siswa, dan orang tua. Tanpa kolaborasi itu, pendidikan yang efektif tidak mungkin terjadi. Melalui krisis pandemi covid-19, masyarakat dapat memetik hikmah tentang betapa pentingnya kesehatan dan kebersihan serta pentingnya norma-norma kemanusiaan.
Nila Ubaidah, S.Pd., M.Pd., Dosen Pendidikan Matematika FKIP Unissula