Ada juga kasus lain dialami teman. Masalahnya bukan soal penyakit, melainkan gaya hidup. Dia yang lahir di pedalaman, saat sekolah di kota, biar keren, namanya ditambah nama kota. Setelah itu kedua kakinya bengkak.
Oleh sesepuh dia diberi dua pilihan, kembali ke nama asli, atau pakai nama tambahan, tapi untuk itu dia harus memberi uang pengganti biaya untuk “selamatan memberi namanya” waktu dia baru lahir kepada orangtuanya.
Nama=Doa
Dalam Islam, memberi nama anak itu aturannya, memiliki arti dan terkandung doa untuk kebaikan. Misalnya : Abdullah, Abdurrahman, Abdul Aziz yang memiliki arti penghambaan kepada-Nya. Atau nama Nabi : Muhammad, Ahmad, atau nama Nabi Ulum Azmi : Ibrahim, Musa, Isa dan Nuh, atau nama orang-orang yang berahlak mulia.
Tentu, untuk itu tidak harus bahasa Arab. Pakai bahasa daerah asal artinya bagus, disilakan. Misalnya : Andini (patuh), Aris (luar Biasa), Bambang (kesatria), Bagas (sehat), Sukarno (Su=lebih, Karno = telinga, banyak mendengar) Suharto (Su=Lebih, Harto = Harta), Dsb.
Memberi nama juga perlu pertimbang kondisi sosial budaya setempat. Walau suatu nama itu memiliki arti kebajikan, hindari memberi nama -walau artinya baik- yang sama dengan nama sosok penjahat, koruptor, ketua partai terlarang. Sebab jika di sekolahan nanti ada pelajaran sejarah, bisa-bisa anak itu di-bully atau menjadi bahan olok-olok temannya.
Masruri, konsutan dan praktisi metafisika tinggal di Sirahan Cluwak Pati