blank
Dukuh Timbulsloko, Desa Mondoliko Kabupaten Demak yang terdampak banjir. Foto: Dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Sambut Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret 2021, Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia Untuk Keadilan (LBH APIK) Semarang, menggelar kegiatan ‘Perkuat Solidaritas Perempuan di Era Perubahan Iklim dan Pandemi Covid 19’.

Pihaknya menggalang donasi untuk warga yang terdampak bencana iklim, (banjir) diantaranya di Timbulsloko, Desa Mondoliko, Desa Senik, dan Desa Tambaksari.

Dalam kegiatan tersebut LBH APIK Semarang menggandeng Persaudaraan Perempuan Nelayam Indonesia (PPNI), Koalisis Rakyat Untuk Keadilan Perikanan (KIARA), Puspita Bahari Yayasan Paralegal Pertiwi, dan Serikat Pekerja Rumah Tangga Merdeka Kota Semarang.

Perwakilan LBH APIK Semarang, Masnuah menyampaikan, sejak 28 Oktober hingga 30 November 2020, pihaknya melakukan penggalangan donasi pakaian layak pakai untuk perempuan korban kekerasan selama Pandemi Covid-19, dan dilanjutkan penggalangan donasi pada 1 Desember hingga 24 Desember 2020, sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan untuk desa tenggelam di Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah.

Menurut catatan LBH APIK Semarang tahun 2020, selama Pandemi Covid-19, angka kekerasan terhadap perempuan meningkat. “Dan masih ada warga di Kabupaten Demak yang terdampak bencana iklim diantaranya Dukuh Timbulsloko, Desa Mondoliko, Desa Senik, dan Desa Tambaksari,” kata Masnuah, Minggu (21/2/2021).

Menurutnya, Dukuh Timbulsloko, Desa Mondoliko, Desa Senik, dan Desa Tambaksari mulai terkena abrasi pada tahun 2010 yang hingga sekarang air laut semakin menenggelamkan desa tersebut, namun penduduk dukuh setempat masih bertahan.

“Mereka beradaptasi dengan lingkungan dengan cara meninggikan rumah dan jalan dari swadaya masyarakat, karena pemerintah sendiri belum menfasilitasi tempat yang layak untuk masyarakat dukuh tersebut,” ungkapnya.

Dikatakan, masyarakat setempat yang terdampak dulunya sebagian besar berprofesi sebagai nelayan dan petani. Namun sejak abrasi, mulai menghilangkan lahan mereka dengan alih pekerjaan, karena tempat mereka sebelum tenggelam adalah ladang, sawah dan tambak.

Bahkan sebagian warga ada yang ikut menjadi buruh dan karyawan pabrik, ada juga yang mengelola genangan air abrasi menjadi lahan tambak udang dan ikan, yang bisa dibudidayakan untuk ketahanan pangan mereka yang terdampak krisis iklim.

“Kami hari ini menyalurkan bantuan donasi untuk warga di Timbulsloko, Desa Mondoliko, Desa Senik, dan Desa Tambaksari berupa paket sembako dan pakaian layak pakai,” kata Masnuah.

Ning