blank
Edinson Cavani saat memperkuat Manchester United di Liga Champions melawan League Paris St Germain di Old Trafford, Manchester pada 2 December 2020. Antara

JAKARTA (SUARABARU.ID) – Akademi Bahasa Nasional Uruguay pada Jumat berang terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Edison Cavani buntut unggahan sang striker Manchester United yang dianggap berbau rasisme di media sosial.

Cavani mendapat sanksi tiga pertandingan dan denda 100.000 euro setelah asosiasi sepak bola Inggris (FA) mendapati striker Uruguay itu menggunakan kata “negrito” yang dalam bahasa Spanyol berarti orang kecil berkulit hitam di Instagram.

Sang pemain berusia 33 tahun itu lantas menghapus unggahannya tersebut setelah menyadari konotasi yang berbeda yang diterima publik dan mengeluarkan penyataan meminta maaf serta menekankan bahwa dia “benar-benar melawan rasisme”.

Meski demikian FA berpendapat komentar di unggahan itu “menghina, melecehkan, tidak pantas dan membuat pertandingan menjadi buruk.”

FA juga menganggap komentar di unggahan tersebut sebagai pelanggaran yang lebih buruk karena meliputi referensi, baik tersurat maupun tersirat, untuk warna dan atau ras dan atau asal etnis.

Sebagai catatan, Cavani menulis “Gracias (terima kasih) negrito” sebagai respon atas pesan selamat di media sosial.

Academia Nacional de Letras Uruguay pada Jumat, seperti dilansir AFP, menyatakan kata “negro” (orang berkulit hitam) atau diminutifnya “negrito” – mirip dengan “gordo” (gendut) atau “gordito” dan “flaco” (kurus) – merupakan istilah yang sering dipakai untuk menunjukkan rasa sayang kepada seseorang.

“Di Bahasa Spanyol (yang dipakai) di Uruguay, misalnya, di antara pasangan atau teman, antara orang tua dan anak, seseorang sering mendengar dan mengucapkan ekspresi seperti…gordito, negri, negrito,” demikian pernyataan resmi akademi tersebut.

“Bahkan, seseorang yang diajak bicara belum tentu kelebihan berat badan atau berkulit gelap.”

Akademi tersebut mengeluarkan pernyataan keberatan terkait sanksi Cavani dan mengatakan “resolusi yang dapat dipertanyakan” dari federasi itu merupakan hasil dari “kemiskinan pengetahuan budaya dan linguistik.”

Di akhir pernyataannya, akademi tersebut mengatakan FA telah “melakukan ketidakadilan serius terhadap seorang atlet Uruguay yang berada di tingkat internasional tertinggi dan telah menyingkap ketidaktahuan…tentang penggunaan bahasa dan khususnya bahasa Spanyol, tanpa memperhatikan semua kerumitan dan konteksnya.”

Ant/Muha