blank
Ilustrasi Gus Dur. Foto : SB/dok

Oleh: Idham Cholid

30 Desember 2009 Gus Dur wafat, kemarin kita peringati haulnya. 30 Desember 2020 FPI tamat, pemerintah secara resmi telah mengumumkan pembubarannya.

Lalu, apa kaitannya? Tentu tak ada. Hanya saja orang-orang kemudian mengaitkannya. Dibukalah file lama, ditemukan arsip pemberitaan 12 tahun silam.

“Pada Waktunya Saya akan Bubarkan FPI,” demikian dikutip langsung pernyataan Gus Dur saat itu. Tepatnya, pemberitaan pada 1 Juni 2008. Dikutip beberapa media.

Sekilas, apa yang disampaikan Gus Dur itu memang bernada emosi. Bagaimana tidak, FPI yang demikian arogan, intoleran dan berperilaku kasar itu tak juga mendapat tindakan. Terkesan, aparat mendiamkan.

Adalah KH. Maman Imanulhaq yang saat itu jadi korban. Santri Gus Dur yang kini menjadi Anggota DPRRI itu sampai dirawat di Rumah Sakit karena kebrutalan FPI.

Tidak hanya kang Maman, sedikitnya juga ada 12 korban penyerbuan saat acara Aliansi Kebangsaan dan Kebebasan Beragama (AKKB) diselenggarakan.

Tidak itu saja. Rekam jejak kebrutalan FPI sudah sangat banyak sebenarnya. Sejak ormas itu didirikan, bahkan telah menimbulkan keresahan.

Kita menyaksikan, betapa mereka dengan leluasa dan tanpa beban melakukan “sweeping” tahunan, melakukan operasi khusus ke mall-mall, hanya untuk merazia asesoris natalan.

Jadi, tak cukup hanya memurtadkan setiap muslim yang mengucapkan “selamat” pada tiap kali natal dirayakan. Mereka sepertinya tak menginginkan juga kalangan umat agama lain meluapkan kebahagiaan.

Caci Maki

blank
Ketua Umum Jayanusa, Idham Cholid. Foto : SB/dok

Lebih parah lagi, ketika saudara-saudara kita dari Ahmadiyah dan Syiah juga dicaci-maki. Mereka telah divonis sebagai umat “terkutuk” yang mengingkari prinsip-prinsip ajaran Nabi Muhammad SAW.

Jangankan kepada mereka, Gus Dur yang demikian dihormati saja dihina secara terbuka. Marahkah Gus Dur? Seperti biasa, beliau hanya tertawa.

Gus Dur selalu tak ada beban. Jikapun beliau marah, karena organisasi semacam FPI telah melampaui batas kewenangan. Seolah-olah hanya mereka yang paling “direstui” Tuhan, menganggap diri sebagai pembawa kebenaran sejati, pemegang kuasa Tuhan sebenarnya.

Bagi Gus Dur, sikap semacam itu adalah pengingkaran terhadap prinsip kebebasan beragama dan berkeyakinan yang tidak saja dijamin Undang-undang, bahkan dilindungi oleh Islam itu sendiri (Qs.2:256; Qs.109:6).

Dan, jikapun saat itu Gus Dur bernada “emosi” dengan menunjukkan kekesalannya, tak lebih karena kelambanan aparat yang tak kunjung cepat mengambil tindakan.

Tentu kita paham, “negara” punya caranya sendiri. Aparat akan selalu bertindak cepat, apalagi jika dasar pengambilan keputusannya tepat, didukung informasi dan data-data akurat.

Tak lain, ketika ideologi negara dalam ancaman. Harmoni dan kebhinekaan juga dipertaruhkan.

Pembubaran FPI tepat pada tanggal wafatnya Gus Dur, boleh jadi memang bukan tanpa sengaja. Tak ada yang kebetulan jika kita melihatnya dalam perspektif keagamaan.

Karena sejatinya, Tuhan telah mengatur semuanya. Dia-lah yang menggerakkan hati setiap hamba-Nya, tanpa kecuali. Para pejabat tinggi yang kemarin dengan lantang membubarkan FPI, sejatinya juga telah digerakkan hatinya: segera saja, jangan pakai lama!

Sekarang, silahkan saja FPI dkk pendukungnya melakukan gugatan. Tak usahlah kita ikut-ikut meributkan. Gitu saja koq repot!

Kangen Gus Dur. Lahul-Faatihah!

Kalisuren, 31 Desember 2020

Idham Cholid,
Ketua Umum Jamaah Yasin Nusantara
Ketua GMPK Wonosobo
Pembina Together we life Comunity