blank
Ilustrasi Reformasi Saudi. Foto : SB/dok

Oleh Dr KH Muchotob Hamzah MM

Tidak semua pakar sepakat tentang adanya teori konspirasi (ta’aamur=berkomplot dalam kejahatan secara rahasia) yang dibuat oleh sebuah entitas, lembaga atau negara untuk membuat kerugian pada pihak lain dalam bentuk apapun.

Tetapi kalau disimplifikasikan dengan arti adanya upaya bersama untuk melindungi kepentingan diri, lembaga atau negara yang sering disisipi dan disusupi rekayasa jahat, kita bisa melihat sinyal konspirasi dari berbagai dimensi di dunia manapun. Memang bukti yang bisa dilacak tentang adanya konspirasi pada umumnya mengandung multitafsir.

blank
Rektor Unsiq Jateng di Wonosobo, Dr KH Mukhotob Hamzah, MM. Foto : Muharno Zarka

Sebagai contoh aktual adalah pandemi Covid- 19 yang dituduhkan sebaga konspirasi Cina dengan memutasi dalam mengembangkan virus di Wuhan. Atau sebaliknya AS yang mengirim prajurit perempuan bernama Matjee Benassi ke Wuhan unruk menyebarkan virus tsb. dan ia menjadi pesien nol Covid-19.

Lalu untuk di jadikan dalil bahwa Barat mengkonspair Islam dengan lahirnya sekte Wahabi-Takfiri apa? Dalil ini lagi-lagi multi tafsir sebagaimana ungkapan di atas.

Tetapi layak untuk dijadikan palu godam memvonis adanya konspirasi Barat terhadap Islam yang telah berjalan sejak zaman Raja Abrahah (boneka Romawi) terhadap Ka’bah , 51 hari menjelang lahirnya Nabi Muhammad SAW.

Pertama: Barat meneguhkan histori takfir era Khawarij untuk memecah kekuatan Islam. Peran agen kolonial barat dan Yahudi membina Muhammad Bin Abdul Wahhab muda sampai beliau menjadi tokoh kontroversial yang membunuh sesama muslim dengan alasan telah dikafirkan oleh Al-Qur’an menurut tafsirannya. Pembantaian ini diakui oleh mayoritas sejarahwan.

Ke-dua: peran kolonialis Barat dan Yahudi juga menyusupkan ideologi permusuhan dengan mendiskreditkan Ali bin Abi Thalib dan mengangkat Muawiyah bin Abi Sofyan untuk melanggengkan permusuhan lama antara Syi’i dan Sunni.

Sampai hari ini permusuhan antara Saudi dengan Iran tiada banding di dunia muslim karena sudah sampai ketingkat saling mengkafirkan.

Ke-tiga: sangat mengagetkan biasanya Wahabi sangat anti simbol simbol kultus individu sehingga membongkar semua situs sejarah nabi saw. seperti pohon Bai’at Ridhwan, rumah Khadijah dan sebagainya.

Kultus Individu

Kerelaannya menerima nomenklatur negara “Saudi” yang mengindikasikan kultus individu bertentangan dengan ajarannya sendiri yang anti bau- bau seperti itu.

Ke-empat: efek kultus individu tersebut berjalan sampai hari ini dibuktikan dengan disuntik matinya Jamal Kashogi, jurnalis asli Saudi di AS yang mengkritik kebijakan dinasti Saudi. Seakan kebijakan raja pasti benar.

Ke-lima: pencabangan kaum takfiri yang marak seperti Sayid Quthub dari Ikhwan, Syukri Musthafa dari Jamaatut takfir walhijrah, Juhaiman al-Utaibi, Usamah bin Laden dari Al-Qaeda, Abu Bakar al-Baghdadi dari ISIS semuanya berideologi Wahabi atau setidaknya pengaruh paham Wahabi (sebagiannya ditulis oleh Karen Amstrong dalam “Islam: A Short History”).

Ke-enam: pengalaman Indonesia pasca reformasi dengan banyaknya kegaduhan seperti peristiwa Woyla, Imam Samudera, Oman Abdurrahman dll. semuanya kena pengaruh teologi dan berpaham Wahabi.

Ke-tujuh : pengakuan MBS bahwa Saudi mengekspor paham Wahabi ke penjuru dunia atas perintah Barat (wawancara MBS dengan Washington Pos 30 Maret 2018). Berarti kementoran Barat kepada Saudi besifat kontinyu sejak awal sampai hari ini.

Ke-delapan: bukti akuan MBS bahwa selama ini Saudi menganut Islam garis keras sehingga berjanji akan kembali ke Islam wasathiyah (pidato putra mahkota MBS, pada hari nasional Saudi ke 88; 23/9/2018) yang juga saran Barat (AS) dan lebih khusus menantu Donald Trump, Jared Khusner.

Tentu wasathiyah MBS bisa jadi tidak sama persis dengan wasathiyah Islam Nusantara. Sebuah komunitas Islam yang memiliki Tuhan, Nabi, Al-Qur’an dan kiblat yang sama dengan Islam sejagat dan berakulturasi dengan kearifan lokal.

Akhirnya, kata tanya apakah Wahabi takfiri itu konspirasi barat atau bukan, hak prerogatif untuk menilai ada pada pembaca.
Wallaahu A’lam bis-Shawaab!

Penulis Dr KH Muchotob Hamzah MM