blank
Avita, siswa SMA di Grobogan yang tidak mau tinggal diam. Dia rela berjualan nasi pager untuk membantu ekonomi keluarga. Foto; Hana Eswe

GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Situasi pandemi membuat aktivitas belajar-mengajar berpindah ke sistem daring. Para siswa diminta untuk belajar dengan bermodalkan smartphone dan kuota internet.

Hal tersebut juga dialami oleh Avita Aulia Anggana. Meski pembelajaran diselenggarakan dengan sistem online, gadis kelahiran 18 tahun silam ini tetap belajar sambil berjualan nasi pager.

Setiap hari, Vita, sapaan akrabnya, memulai aktivitas sejak pukul 03.00 WIB. Yaitu mempersiapkan bahan-bahan sayur-sayuran dan sambal untuk kelengkapan nasi pager. Setelah semuanya lengkap, ia berangkat menuju ke Jalan A. Yani, guna menggelar dagangannya.

“Mulai jualan dari jam enam pagi dan tutup jam 11 siang,” kata Avita, yang berjualan di halaman pertokoan di dekat Pasar Purwodadi ini.

blank
Avita saat menyiapkan nasi pager pesanan pembeli. Foto : hana eswe.

Sambil melayani pembeli, Avita menjelaskan awal mula ia berjualan nasi pager ini dimulai pada pemilik warung nasi pager yakni Bu Rukmini mempunyai usaha berupa catering. Namun, efek pandemi menyebabkan penjualan menurun, hingga akhirnya berjualan nasi pager ini.

“Saya akhirnya mau bekerja bersama beliau, berjualan nasi pager ini. Kemudian, seiring berjalannya waktu, penjualan ramai. Begitu pula dengan cateringnya beliau, mulai mendapatkan banyak pemesanan. Akhirnya, saya diberi amanat untuk berjualan nasi pager ini sampai sekarang,” ujarnya.

Belajar Sendiri

Avita berusaha membagi waktu antara pekerjaannya dengan sekolahnya. Di saat tidak ada pembeli, ia mengerjakan tugas yang diberikan gurunya. Semaksimal mungkin, ia berusaha memahami materi yang diberikan oleh pengajar.

“Memang sebenarnya sulit ya, soalnya lebih mudah diberikan pemahaman langsung di kelas daripada melalui daring seperti ini. Namun, mau tidak mau saya harus tetap belajar, mencari referensi, dan menyimak baik arahan dari guru saya,” kata Avita.

blank
Serius menyimak materi yang diberikan gurunya lewat pembelajaran daring. Foto : Hana Eswe.

Anak pertama dari dua bersaudara ini mengaku jika pekerjaannya sebagai penjual nasi pager ini membuat semangat jiwa kewirausahaannya meletup tinggi. Di samping mendapatkan upah dari hasil kerjanya, Avita juga melihat sisi positif dari apa yang ia lakukan tersebut.

“Sisi positifnya yaitu saya juga bisa belajar kewirausahaan dan menjadi cita-cita saya ke depan sebagai pengusaha,” tutur perempuan yang ingin berkuliah di Universitas Diponegoro ini.

Bangga

Keputusan Avita untuk belajar sambil bekerja ini rupanya mendapat dukungan dari ibunda, Ida Choiratun. Setelah suaminya meninggal, biaya hidup praktis dilakukan Ida untuk memberikan pendidikan terbaik bagi dua anaknya.

“Saya bangga punya anak seperti Avita dan juga adiknya. Mereka tidak pernah neko-neko. Setiap ingin sesuatu tidak asal minta, tetapi ada usaha yang dilakukannya,” ujar Ida, yang juga berjualan bubur setiap pagi di daerah Banaran.

Ida sendiri berharap, cita-cita Avita untuk menjadi seorang pengusaha bisa tercapai. Meski di tengah keterbatasan, namun ia berkeyakinan, Avita mampu menggapai semua keinginannya tersebut.

“Dia punya cita-cita masuk kuliah di perguruan tinggi negeri. Saya yakin pasti nanti ada jalannya. Mungkin dengan beasiswa atau seperti apa. Harapan saya, semoga kelak tercapai,” ujar Ida.

blank
Meski harus berjualan, Avita tidak melupakan kewajibannya sebagai pelajar ditemani ibunya. Foto : hana eswe.

Tidak Malu

Avita mengaku tidak malu dengan kegiatan yang ia tekuni sekarang ini. Ketika teman-teman lainnya punya lebih banyak waktu untuk menikmati masa muda, namun ia meyakinkan diri bahwa masa muda yang ia lakukan saat ini adalah untuk mencari kesuksesan.

“Kalau anak-anak lain bisa dengan mudahnya minta kepada orang tuanya. Kemudian, menikmati masa mudanya dengan menghabiskan uang dari orang tuanya. Itu yang dipikir untuk saat ini. Saya mikirnya untuk ke depan. Apa yang saya lakukan ini untuk masa depan,” ujar Vita.

Dari segi penghasilan yang diterimanya, Avita mempergunakannya untuk kegiatan positif, yaitu menabung. Ia berharap dengan hasil tabungannya itu, bisa dipergunakan untuk membantu ibunya mencukupi kebutuhan sehari-hari dan juga menggapai cita-citanya berkuliah.

“Saya menikmati pekerjaan saya, sebagai pelajar dan punya kegiatan sampingan berjualan nasi pager ini. Uang yang saya terima dari pekerjaan saya ini, saya tabung dan sebagian saya berikan untuk ibu, sebab saat ini orang tua saya tinggal ibu karena ayah saya sudah lama meninggal,” kata Avita

Dikatakan, apa yang saya kerjakan saat ini juga sebagai bekal hidup ke depan nanti. “Semakin banyak pengalaman bekerja, akan semakin baik untuk kita. Jika ingin sukses nanti, berjuanglah dari sekarang. Kerja keras dan berdoa. Sukses itu tergantung pada diri kita sendiri. Lakukan yang terbaik jika ada kesempatan bekerja,” pungkas Vita.

Hana Eswe