blank
Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof Dr Harun Joko Prayitno Foto: Dok/Bagus Adji 

SUKOHARJO- (SUARABARU.ID) – Pembelajaran secara online yang berkepanjangan akan berdampak pada menurunnya kepekaan sosial anak-anak. Penyebabnya karena pelaksanaan proses belajar mengajar tidak menyentuh rasa dan bersifat statis. Sehingga diperlukan model penggabungan antara Daring dan Luring.

“Salah satu kelebihan sekaligus lompatan pembelajaran online  atau daring, yaitu mampu melampaui batas ruang dan waktu sekaligus beyond classroom. Perlu disadari juga bahwa hakikat pendidikan bukan sekedar memintarkan atau mengkompetensikan melalui online,” kata Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof Dr Harun Joko Prayitno, Jumat (28/8).

Pembelajaran online, kata Prof Dr Harun Joko Prayitno di ruang kerja di Kampus UMS di Pabelan, Kartasura Kab Sukoharjo, tidak bisa menyentuh nilai rasa atau mengabaikan kepekaan sosial. Sehingga diperlukan strategi-strategi khusus yang lebih dapat menghargai anak sebagai individu sosial yang sedang tumbuh kembang.

Salah satu hakikat pembelajaran adalah memanusiakan manusia, anak didik. Upaya ini guna untuk memartabatkan kehidupan anak. Pemartabatan anak hanya bisa dilakukan melalui proses, bukan hasil yang tiba-tiba.

Pembentukan manusia seutuhnya dan pemartabatan kehidupan bermasyarakan anak sebagai individu dewasa yang berinteraksi di lingkungan masyarakatnya merupakan tujuan akhir dari sebuah perjalanan panjang proses pendidikan.

Sekarang ini merupakan saat untuk menanamkan dan mengamalkan secara nyata dalam kehipan anak sehari-hari tentang pentingnya kebersihan dan kesehatan. Kebersihan merupakan modal pokok kesehatan. Kesehatan melalui pola hidup sehat merupakan penangkal utama untuk mencegah berbagai penyakit, salah satunya adalah covid-19.

“Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkankan kembali pentingnya pembelajaran dalam skala-skala terbatas, pembelajaran dalam skala-skala yang ramah lingkungan atau pembelajaran di ruang terbuka, prinsipnya pembelajaran yang sehat. Kalau upaya ini tidak segera dilakukan, akan menimbulkan kepunahan pendidikan atau kehilangan satu generasi,” bebernya.

Pada bagian lain  Harun Joko Prayitno  mengakui pembelajaran daring atau online  kini mulai dikeluhkan banyak pihak khususnya pelaku pendidikan, pendidik, anak-anak, orang tua. Semisal mulai munculnya kebosanan dalam menjalani proses belajar mengajar secara daring.

Belum lagi terkendala jaringan internet maupun biaya pembelian kuota. Pihaknya menyarankan perlu adanya penyeimbangan antara sekolah daring (dalam jaringan) dan Luring (luar jaringan). Adanya pembelajaran luring akan menjadi upaya dalam mengurangi tingkat stres di saat pembelajaran daring.

“Tatap muka bisa menjadi upaya mengurangi stres online. Untuk itu perlu pengembangan model pembelajaran baru. Jika biasanya pembelajaran berlokasi di dalam kelas, mungkin bisa dilakukan di tempat terbuka. Artinya harus ada model penggabungan antara Daring dan Luring. Kita dituntut untuk makin kreatif di tengah pandemi ini. Jangan sampai justru anak bosan sekolah” kata Pakar Pendidikan UMS.

Bagus Adji-trs