blank
etusan Oro-oro Kesongo dari wilayah perbatasan Kabupaten Grobogan. (Foto : dok BPBD Grobogan)

GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Letusan Oro-oro Kesongo yang terletak di Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Blora, Kamis (27/8/2020), mengingatkan pada suatu kisah legenda yakni legenda Joko Linglung. Hal itu diterangkan oleh penggiat seni budaya di Grobogan, Muhadi.

Menurut cerita yang dipaparkannya, nama Kesongo sendiri diambil dari nama sembilan anak desa yang tengah menggembalakan kambing di sebuah oro-oro atau lapangan. Kesembilan penggembala tersebut dimakan oleh ular raksasa yang merupakan putra dari Aji Saka.

Namun, warga sekitar menyebutnya dengan nama pesongo yang artinya nasib sial sembilan penggembala kambing. Hal tersebut berdasarkan ceriteranya, Aji Saka menolak mengakui Jaka Linglung sebagai putranya. Namun, hal itu ditolaknya secara halus yakni dengan memberikan syarat kepada Jaka Linglung agar dapat menumpas Bajul Putih (siluman buaya putih-red) yang menebar teror di pantai selatan.

blank
Warga melihat semburan mud volcano dari kejauhan. (Foto : hana eswe).

Syarat tersebut berhasil dilakukan Jaka Linglung. Ia berhasil membunuh Bajul Putih dan membawa kepalanya kepada Aji Saka. Tak berhenti di situ, Aji Saka memberikan syarat kedua yakni bertapa dengan tidak makan atau minum kecuali makanan itu sudah masuk ke mulutnya.

“Masyarakat mempercayai jika wilayah Oro-oro Kesongo ini merupakan jelmaan mulut Jaka Linglung yang bertapa sambil membuka lebar mulutnya dan menyerupai goa di tengah lapangan,”tambahnya.

Jaka Linglung pun bertapa dengan membuka lebar-lebar mulutnya sehingga menyerupai sebuah goa ditengah lapangan. Puluhan tahun kemudian, wujud ular Jaka Linglung pun telah dipenuhi dengan semak-semak dan tumbuhan merambat. Sehingga, banyak yang mengira mulut Jaka Linglung adalah sebuah goa.

“Saat itu ada sepuluh penggembala ternak yang tengah berteduh saat hujan deras. Mereka mengira mulut Jaka Linglung ini adalah goa, maka mereka memilih mengiyup di sana.”

“Karena Jaka Linglung ingat pesan ayahnya, ia menutup mulutnya dan memakan kesembilan anak tadi. Sementara, satu orang anak yang berpenyakit kudis melarikan diri dan mengabarkan hal tersebut kepada warga sekitar. Sejak itu, lokasi tersebut dinamakan oro-oro kesongo, yang sama seperti di Bledug Kuwu,” ujar Muhadi.

Bukan suatu kebetulan, letusan ini terjadi saat bulan Suro. Warga mempercayai jika hal ini terjadi di bulan Suro, sebagai pesan dari alam untuk menagih janji kepada manusia.

“Bisa dikatakan seperti itu. Lebih mudahnya, hal ini merupakan peringatan kepada Sang Pencipta,” terang Muhadi.

Wilayah Oro-oro Kesongo sendiri berada di perbatasan Kabupaten Blora dan Grobogan. Tempat letusan Oro-oro Kesongo yang terjadi Kamis (26/8/2020), berada di wilayah administratif KPH Randublatung Blora.

Hana Eswe-mm