blank
Kondisi sehari-hari Kawasan Bumi Kesongo berupa tanah kosong, gung liwang liwung, hanya tumbuh rumput, tanpa penghuni, dan sering dimanfaatkan untuk wisata ritual. Foto : SB/Wahono

Laporan : Wahono

SELAMA  ini tenang, tidak ada tanda-tanda bergolak, bahkan banyak yang datang untuk berwisata. Mendadak hamparan kosong gung liwang-liwung, terkesan mistis dan angker, kawasan kosong yang populer bernama Oro-Oro Kesongo, Kamis (27/8/2020), meletus menyemburkan lumpur dan gas.

Hamparan tanah nonproduktif  (kosong) yang sebelumnya juga dikenal lokasi untuk mencari pesugihan (ritual memohon rezeki mistik) itu, bergolak menggegerkan kalayak, berbau gas menyengat, dan meminta korban 16 ekor ternak kerbau warga mati ambles bumi.

“Kami turunkan petugas ke lokasi Bumi Kesongo, pasang papan peringatan, dan menyemangati warga sekitar,” jelas Administratur (Adm) Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung, Blora, Jawa Tengah, Ahmad Basuki.

Dalam catatan wartawan Suarabaru.id, jauh sebelum bergolak dengan ledakan lumpur setinggi 2-4 meter ke udara, tim dari Perhutani KPH Randublatung, Blora, telah menata kawasan hutan Kesongo (Bumi Kesongo).

Lahan kosong yang masuk kawasan hutan negara (Perhutani) itu, totalnya seluas 119,1 hektar berupa padang/gunungan lumpur, rumput, rawa, dan sudah ratusan tahun dalam kondisi kosong (tidak berproduksi).

“Kawasan Kesongo masuk dalam kategori high conservation value forest (HCVF), tanah kosong tapi  tetap harus dilindungi,” jelas Administratur KPH Randublatung, Ahmad Basuki.

Tempat Ritual

blank
Andan Subiyanto, pernah duduk santai dalam kondisi aman di dekat pusat oro-oro Kesongo yang mengalami blow out mengeluarkan lumpur dan gas. (Foto : SB/Wahono)

Nama Kesongo di telinga warga Blora dan sekitarnya memang terdengar mistis dan misteri. Lokasinya ada di tengah hutan jati petak 141 Resor  Pemangkuan Hutan ( RPH ) Padas, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Trembes, KPH Randublatung.

Jarak dari Kota Sate Blora sekitar 44 kilometer arah barat dan selatan itu, didominasi lumpur vulkanik, dihuni beberapa satwa  jenis burung  (aves, red), dan satwa lain yang hidup di tanah rawa berlumpur.

Jika lewat jalan lingkar luar Cepu-Randublatung-Wirosari, kawasan hutan Kesongo itu berjarak 30 kilometer barat Kota kecamatan Randublatung, berlokasi di perbatasan Blora-Grobogan.

“Memang terkesan angker, gung liwang-liwung, banyak yang datang berwisata dan ritual,” papar Andan Subiyanto, pemerhati masalah lingkungan di Blora.

Kawasan tanah kosong itu. lanjut Andan, memiliki ekosistem berupa vegetasi rerumputan, diantaranya rumput  wlingi (scirpus grossus L), rumput grinting (cynodon dactylon), rumput sunduk welut (cyperus difformis),.

“Saya beberapa kali ke lokasi Bumi Kesongo itu, tanaman lainnya sulit tumbuh di kawasan yang sebagian masyarakat menyebut untuk cari pesugihan,” tambahn Andan Subiyanto.

Sementara itu data hasil risalah pada akhir 2011,  Kesongo terdiri dari savana seluas 109 hektar, dan 10,1 ketar merupakan hamparan lumpur kering hasil dari letupan yang bersifat sporadik di titik koordinat  BT. 111,15’.15” dan LS. 7.9’.15”

Jenis tanahnya margalit coklat, merupakan kawasan terbuka yang didominasi oleh lumpur kering serta kadang mengeluarkan lumpur panas dibarengi dengan air asin dan bau gas menyengat.

Sampai saat ini, popularitas dan kualitas kayu jati produk Perhatani dari hutan KPH Randublatung tetap terbaik di dunia, dan a masuk dalam kelas hutan produksi, denngan kebijakan manajemen (Perhbutani, red) harus ada minimal 10 persen untuk kawasan perlindungan.

Ada 37 Spesies

blank
Dari total luas 119,1 hektar, Bui Kesongo itu berupa padang/gunungan lumpur, rumput, rawa, dan sudah ratusan tahun dalam kondisi kosong (tidak berpoduksi). (Foto: SB/Wahono)

Penelitian bersama Perhutani KPH Randublatung dan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, kawasan itu ditemukan beberapa jenis burung yang dilindungi diantaranya blekok sawah  (ardeola speciosa), burung madu sriganti (nectarinia jugularis), dan cekakak Jawa (halcyon cyanoventris).

Selain itu ada jenis burung cekakak sungai (todirhamphus chloris), elang bido ular (spilornis cheela), elang tikus (elanus coeruleus), kuntul perak (egretta intermedia, dan  dijumpainya beberapa spesies yang dilindungi serta 37 spesies lain.

Meski kosong, kawasan itu masuk dalam kategori hutan dengan nilai konservasi tinggi (NKT-1) untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

Soal blow out (menyembur atau meledak) di pusat oro-oro Kesongo sekitar tiga kalai pada Kamis (27/8/2020), menurut Humas Pertamina EP Asset 4, Pandjie Galih Anoraga, tim dari Pertamina EP Field Cepu sudah mengecek ke lokasi.

Hanya saja, lokasi itu jauh dari fasilitas produksi Pertamina, namun manajemen Pertamina  EP Asset e berharap semburan lumpur dan gas di oro-oro Kesongo segera terhenti, dan aman bagi masyarakat, pungkas Pandjie.

Wahono-mm