MAGELANG (SUARABARU.ID) – Desa Growong, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang berada di ketinggian lebih dari 1.000 mdpl dan banyak yang berupa lahan hutan. Karenanya tidak memungkinkan untuk dibudidayakan tanaman padi.
Oleh karena itu, warga setempat banyak membudidayakan tanaman hortikultura seperti aneka tanaman sayuran, buah, umbi-umbian, tanaman herbal.
Berkat pendampingan dari Balai Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (BPPK) Kecamatan Tempuran, masyarakat dimotivasi untuk budi daya tanaman obat, empon-empon, atau herbal di bawah tegakan pohon-pohon di hutan yang lembab dengan penyinaran yang kurang.
Namun demikian agribisnis herbal di Desa Growong belum optimal. Masyarakat masih enggan untuk melakukan budidaya herbal karena menurut mereka cara budi daya dan pengolahan pascapanennya rumit. Sementara yang sudah melakukan budidaya sering tidak sesuai dengan good agricultural practices yang telah ditentukan.
Sehingga kualitas herbal yang dihasilkan rendah dan kurang laku di pasaran atau harga jualnya rendah. Padahal permintaan pasar terhadap produk herbal sangat besar.
Kondisi itu mendorong kelompok dosen Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) yang diketuai Oesman Raliby dari Fakultas Teknik untuk memberikan pendampingan. Kelompok itu beranggotakan Retno Rusdjijati (Fakultas Teknik), Diesyana Ajeng P (Fakultas Ekonomi), dan Imron Wahyu H (Fakultas Ilmu Kesehatan).
Salah satu anggota kelompok, Retno Rusdjijati mengatakan, kelompok dosen itu melakukan pendampingan sejak 2017 hingga 2019. Bertujuan membantu masyarakat Desa Growong dalam mengembangkan bisnis tanaman herbal.
“Kegiatannya membantu masyarakat desa merintis Desa Wisata Berbasis Herbal,” katanya.
Pendampingan itu memperoleh pendanaan dari Kemenristekdikti melalui skim Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM). Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama tiga tahun antara lain penguatan kelembagaan kelompok tani melalui pengajuan badan hukum.
Kemudian diversifikasi olahan produk tanaman herbal berupa produk-produk perawatan tubuh, pelatihan pengolahan aneka umbi-umbian, peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui pelatihan keterampilan memijat kepada para ibu.
Selain itu, lanjut Retno, juga pembuatan biodigester pengolah kotoran kambing, pembentukan Bumdes, reorganisasi Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), fasilitasi kerja sama dengan Perhutani. Serta pembentukan Posyantek dan perancangan peralatan pengolah herbal.
Di akhir pendampingan memanfaatkan dana desa membangun sebuah bangunan untuk operasional Bumdes yang diberi nama Sarwo Miguno. Bumdes dibantu dengan Posyantek yang telah dibentuk Dispermades Kabupaten Magelang, secara bersama-sama mengelola agribisnis herbal yang diusahakan oleh masyarakat.
Dikatakan, dengan potensi itu Desa Growong mulai dilirik pihak lain untuk dikunjungi. Salah satu pengunjung adalah warga Desa Jumoyo, Salam, Kabupaten Magelang. Dengan kedatangan dari pihak luar tersebut semakin memotivasi warga Desa Growong untuk terus berbenah.
“Semoga impian mereka untuk menjadikan desanya sebagai Desa Wisata Herbal dapat segera terwujud. Dukungan dari berbagai pihak terutama dari Pemerintah Daerah sangat dibutuhkan untuk mewujudkannya,” kata Retno.
Eko Priyono-trs