blank

Oleh : Frida Krismawati, S.Farm, Apt

Melihat semakin banyaknya kasus covid 19 di kota Jepara tercinta, terdorong hati saya untuk kembali menulis tentang covid 19. Saya dan anda tentu tidak ingin  kota Jepara tercinta menjadi merah membara hingga korban terus berjatuhan.

blank
Frida Krismawati, S. Farm, Apt

Jika kita melihat  angkanya yang  terus naik secara signifikan, wajar  jika kita prihatin dan bahkan cemas. Apalagi Jumat, 3 Juli 2020 ini angkanya telah mencapai 414 orang warga Jepara yang terpapar covid 19. Naik  1.533 persen jika dibandingkan dengan jumlah penderita tanggal 3 Juni lalu yang baru mencapai angka 27 orang.

Karena itu agar kita dapat bersama memutus mata rantai penyebarannya, dibutuhkan komitmen dan dukungan dari semua pihak tak terkecuali. Sebab kerja bersama,   bahu membahu antar masyarakat menjadi  komponen yang berperan penting dalam memutus rantai penularan covid 19.

Sebagai seorang apoteker yang pernah terpapar covid 19 belum lama ini, tergerak hati saya untuk membantu memberikan edukasi tentang covid 19 kepada masyarakat awam, bagaimana proses yang saya jalani setelah saya divonis covid 19 sampai dinyatakan sembuh. Semoga apa yang saya  bagikan dapat menambah wawasan kita semua tentang covid 19.

Pada tanggal 09 Juni 2020 saya mengikuti rapid test di instansi saya dan dari hasil rapid test saya dinyatakan reaktif. Karena hasil rapid reaktif maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan yaitu swab PCR pada tanggal  11 dan 12 Juni 2020.

Apakah perbedaan rapid test dan Swab ? ini yang mungkin harus dipahami oleh masyarakat awam, bahwa rapid test adalah pemeriksaan awal/skrining awal untuk mengelompokkan orang yang beresiko terpapar virus atau tidak, meskipun virus yang dimaksud tidak harus covid 19.

Sampel yang diambil pada saat rapid test adalah darah dan apabila seseorang dinyatakan rapidnya reaktif artinya di dalam tubuh sudah keluar “tentara tubuh” yaitu antibodi/ imunoglobulin (bisa Igm atau IgG).

Antibodi tubuh keluar apabila ditemukan paparan sesuatu yang asing misal virus masuk ke dalam tubuh. Virus tersebut bisa saja virus selain covid, misal virus influenza. Sehingga perlu dipahami oleh masyarakat pada saat rapidnya reaktif belum tentu orang tersebut terkonfirmasi sebagai pasien positif covid 19.

blank

Inilah yang terkadang masih salah kaprah pemahaman masyarakat terhadap hasil rapid reaktif. Sedangkan pemeriksaan swab PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah pemeriksaan dengan mengambil sampel berupa cairan dari  nasopharing (bagian antara hidung dan tenggorokan.

Caranya adalah dengan memasukkan cotton bud steril kedalam lubang hidung sampai pangkal hidung. dari hasil pemeriksaan Swab akan dapat diketahui apakah seseorang positif memiliki virus covid 19 atau tidak. Jadi seseorang dapat diagnosa menderita covid 19 apabila diperoleh hasil pemeriksaan swab positif bukan dari pemeriksaan rapid test.

Tak sedikit juga dijumpai pada seseorang yang hasil rapid test non reaktif tetapi memiliki riwayat kontak dengan pasien positif covid 19, dan pada saat dilakukan pemeriksaan swab hasilnya positif. Kenapa bisa terjadi ?, biasanya kasus semacam ini terjadi karena orang tersebut baru mendapatkan paparan virus/ masuk pada fase jendela.

Artinya virus tersebut baru masuk ke dalam tubuh dan antibodi/ tentara tubuh tadi belum sempat keluar untuk memberikan perlawanan. Sehingga pada kondisi ini bila dilakukan pemeriksaan rapid test, maka bisa jadi hasil rapid akan menunjukkan seolah-olah kondisi aman yaitu NON REAKTF.  Padahal sebenarnya covid 19 sudah masuk ke dalam tubuhnya. Oleh karena itu biasanya pemeriksaan akan dilanjutkan dengan SWAB

Tanggal 17 Juni 2020 saya divonis salah satu tenaga kesehatan yang positif covid 19. Jujur secara pribadi saya sangat terpukul. Dunia saya seakan runtuh bahkan terasa memasuki lorong panjang tak berujung. Momok stigma di kalangan masyarakat yang masih cukup tinggi membuat saya panik cemas.

Tetapi saya sadar semua itu justru akan mempengaruhi sistem imunitas tubuh yang sedang berkonsentrasi untuk melawan virus korona. Dengan kekuatan dan penghiburan yang saya dapat melalui pengalaman spiritual pribadi dengan sang pencipta akhirnya saya bisa bangkit dan memandang paparan virus covid dari sisi yang lain. Di setiap badai hidup ada rancangan Tuhan yang indah dan besar, itulah yang terus menguatkan saya untuk melalui semuanya.

Saya bersama tenaga kesehatan yang lain melakukan isolasi mandiri di suatu tempat. Isolasi kami tidak berada di lingkungan rumah sakit ataupun puskesmas, kenapa? karena kami semua adalah OTG. Apakah itu OTG ? OTG (Orang Tanpa Gejala) adalah penderita covid 19 yang tanpa gejala/ mengalami gejala ringan saja, sehingga tidak memerlukan perawatan medis secara intensif di rumah sakit.

Biasanya OTG gejalanya hanyalah seperti keluhan influenza ringan seperti biasa, bahkan tak jarang juga yang sama sekali tidak menunjukkan gejala yang berarti. Sehingga OTG itu justru beresiko untuk menularkan lebih besar, karena tanpa kita sadari di dalam tubuh kita terdapat virus covid 19 yang berpotensi untuk bisa menularkan ke orang lain yang rentan sistem imunitasnya.

Infeksi covid 19 ini adalah wabah, dimana semua orang tanpa kecuali bisa beresiko terpapar covid 19, baik masyarakat umum maupun tenaga kesehatan. sehingga untuk menangkalnya salah satunya dengan meningkatkan sistem imun tubuh kita, karena kita tidak tahu dimana virus itu berada, dan siapapun bisa menjadi OTG/ Orang Tanpa Gejala.

Terapi yang diberikan kepada pasien covid dengan status OTG ada 2 macam yaitu :

Terapi non farmakologi 

Artinya adalah terapi tanpa obat, yaitu dengan cara meningkatkan sistem imun tubuh kita. Karena pada dasarnya virus itu akan mati dengan sendirinya apabila sistem imun tubuh kita baik dan kuat. Sistem imun yang baik bisa kita dapatkan dari hal-hal sebagai berikut : 

Pertama, hati yang gembira, mungkin pernyataan ini benar karena hati yang gembira adalah obat dan sebagai salah satu cara meningkatkan imunitas tubuh.

Kedua, perbanyak asupan makanan yang bergizi dan kaya protein, dan jika asupan makanan masih dirasa kurang pada kondisi tertentu (pemulihan saat sakit/ setelah sakit) dapat ditambahkan multivitamin dan mineral

Ketiga, minum air putih yang banyak (minimal 2 liter/ hari)

Keempat, perbanyak nutrisi seperti susu

Kelima, rajinlah olah raga secara teratur

Keenam, istirahat cukup

Ketujuh, manajemen stres dengan baik

Terapi farmakologi

Terapi farmakologi adalah terapi dengan menggunakan obat, dan biasanya pada pasien OTG keluhan/ gejala yang dirasakan ringan. Sehingga untuk terapi pada pasien covid 19 dengan status OTG bersifat simptomatik atau  hanya berdasarkan gejala antara lain obat-obat untuk demam, influenza, mukolitik (pengencer dahak), antihistamin dan decongestan (alergi dan pilek).

Antibiotik hanya diberikan pada kondisi dimana pasien memang membutuhkan terapi antibiotik. Obat-obat tersebut hanya bisa diberikan sesuai resep dokter dan penyerahan obatnya harus oleh Apoteker.

Selama saya menjalani karantina sebagai pasien positif covid 19 dengan status OTG, kegiatan yang saya lakukan di tempat karantina antara lain mendapatkan terapi non farmakologi dan terapi farmakologi seperti yang saya jelaskan di atas.

Sungguh sebuah pengalaman yang luar biasa kalaupun saya akhirnya divonis covid 19, toh dibalik semua itu ada hikmah besar yang patut disyukuri. Kami di tempat karantina dapat saling menguatkan satu sama lain, saling dukung dan pastinya tetap mengikuti protokol kesehatan yaitu jaga jarak, menggunakan masker, selalu rajin cuci tangan  dan menjaga kebersihan.

Oleh karena kasih Tuhan dan kemurahanNya saya menjalani swab follow up 3 dan 4 pada tanggal 25 dan 26 Juni dan berdasarkan hasil pemeriksaan swab follow up saya dinyatakan negatif. Saya sangat berterima kasih sekali untuk dukungan yang diberikan oleh instansi tempat bekerja, pemerintah desa, komunitas gereja, teman sejawat, sahabat dan tetangga yang mensupport keluarga saya saat dilakukan isolasi mandiri di rumah.

Semua anggota keluarga dan karyawan apotek saya menjalani tes rapid dan swab sebagai bentuk lanjutan tracking memutus rantai penularan covid 19. Pemeriksaan rapid test dan swab untuk keluarga dilaksanakan di Puskesmas Bangsri I. dan pada tanggal 29 Juni 2020, keluar hasil bahwa hasil swab keluarga dan karyawan apotek saya dinyatakan NEGATIF. Artinya anggota keluarga dan karyawan apotek tidak terpapar virus covid 19 sehingga karantina mandiripun berakhir.

Saya pribadi hanya bisa mengucapkan Puji Syukur atas karunia Tuhan yang luar biasa ini.

Demikianlah sepenggal kisah perjalanan saya terkonfirmasi sebagai pasien positif covid 19 dengan status OTG. Harapan saya setelah peristiwa ini saya dan keluarga akan kembali menjalani kehidupan kami dengan normal. Kembali lagi berbaur bersama masyarakat di desa saya dan  masyarakat bisa menerima kami kembali tanpa ada rasa takut dan was-was karena kami semua sudah terbukti bebas dari covid 19 berdasarkan pemeriksaan rapid maupun swab.

Dan sayapun akan menjalani panggilan saya kembali sebagai seorang apoteker dan sebagai tenaga kesehatan yang akan terus berkarya di Instansi tempat bekerja, di apotek, di masyarakat sekitar ataupun dimanapun Tuhan tempatkan saya.

Semoga saya akan mampu untuk terus berkontribusi memberikan pelayanan kefarmasian yang terbaik yaitu pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada keselamatan dan kesembuhan pasien.

Mari kita semua elemen masyarakat saling bergandengan tangan, bahu membahu membantu pemerintah untuk memutus rantai penularan covid 19 dengan mematuhi anjuran dan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Mulailah dari diri sendiri dan keluarga dengan senantiasa membiasakan hal-hal berikut :

  1. Jaga jarak, hindari kerumunan
  2. Pakai masker saat keluar rumah
  3. Rajinlah cuci tangan
  4. Biasakan pola hidup bersih dan sehat dalam keluarga (olahraga teratur, manajemen stres, istirahat yang cukup)
  5. Mengkonsumsi buah, sayur dan makanan bergizi yang kaya protein.

Semoga melalui pengalaman yang saya bagikan ini  dapat menambah wawasan masyarakat tentang covid 19, sehingga kita tidak perlu panik tetapi tetap waspada dan terus mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah. Kita berdoa bersama dapat melalui kondisi saat ini, dengan memulai disiplin diri dan keluarga kita masing-masing.

Harapannya semoga Jepara kota tercinta akan kembali aman, sehat, normal kembali, perekonomian dan kesehatan warganya pulih dan yang pasti corona berlalu sehingga Jeparaku kembali menghijau angka penularan covid 19. Tetap semangat dan salam sehat.(*)