PURWOREJO (SUARABARU.ID)-Dunia pendidikan kembali dikejutkan dengan beredarnya video aksi kekerasan yang dilakukan oleh tiga orang siswa laki-laki kepada temannya seorang siswi di salah satu SMP Purworejo Jawa Tengah. Polisi telah menetapkan tiga tersangka perundungan, yaitu TP (15) , DF (15) dan UH (14). Namun netizen terlanjur marah, kemungkinan hak diversi yang menjadi hak ketiga tersangka anak pasti banyak ditentang.
Banyak tokoh yang angkat bicara dalam kasus ini salah satunya, Bramantyo Suwondo, anggota Komisi X DPR RI yang berasal dari Dapil Purworejo (Dapil Jateng VI). “Kasus kekerasan di lingkungan sekolah ini sudah seringkali terjadi, saya meminta Kementerian Pendidikan memberikan perhatian serius pada isu kekerasan di lingkungan sekolah. Jangan sampai angka kejadiannya terus meningkat, terulang lagi dan lagi di masa-masa mendatang,” kata Mas Bram, panggilan akrabnya melalui pesan singkat.
Pembangunan sarana prasarana pendidikan harus bersamaan dengan pembangunan karakter siswa serta pembenahan perekrutan dan peningkatan kompetensi guru. Tindakan kekerasan di lingkungan sekolah, lanjut keponakan SBY ini, menjadi big questions (pertanyaan besar), kenapa dunia pendidikan kita kok menjadi brutal seperti ini. “Apa kabar Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) dan implementasi Perpres No 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, yang telah dicanangkan bapak Presiden RI?” katanya.
Pemerintah dan Kementerian terkait diminta harus betul-betul serius menjadikan karakter yang baik sebagai tujuan utama sekolah, tujuan utama tenaga pendidik, tujuan bersama stakeholder pendidikan. Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang telah dicanangkan Presiden Jokowi harus benar-benar digalakkan, salah satunya di sekolah. Jangan sampai hanya menjadi jargon semata.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Purworejo, Sukmo Widi Harwanto mengaku pihaknya merasa kecolongan dengan aksi anak-anak tersebut. Pihaknya akan membentuk tim investigasi ke sekolah. “Saya merasa ada yang aneh. Dengan jumlah murid yang sedikit (satu kelas 6 anak), harusnya guru lebih fokus mengajar dan memperhatikan mereka. Lha ini kan tidak. Akan kami gali apa penyebabnya,” pungkas Sukmo.
Senada, Direktur LP3M Bina Insan Cendekia Purworejo, Emha Saiful Mujab mengatakan bahwa, pendidikan tidak boleh hanya fokus pada IQ dan EQ. “Anak didik juga harus diperhatikan SQ (Spiritual Quotience), sebab pendidikan moral menjadi pengendali utama karakter kepribadian siswa,” kata Gus Ipul, panggilan akrabnya.
Menurut Gus Ipul, Apalah artinya cerdas dan pintar jika perilakunya cenderung brutal. Brutal yg saya maksud lebih universal, yaitu brutal pemikiran, brutal perilaku maupun kebiasaan. “Mengenai ketiga tersangka yang tidak ditahan, saya minta masyarakat untuk cerdas dan jangan berspekulasi macam-macam, karena menurut UU memang ancaman hukuman yang dikenakan, tidak bisa dilakukan penahanan,” pungkas Gus Ipul.
Taletha-trs