blank
Kepala BPBD Jateng Sudaryanto. Foto: dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Pemprov Jateng terus menggenjot pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana). Hingga akhir tahun 2019, sudah ada 387 Destana.

Kepala BPBD Jateng Sudaryanto mengatakan, Destana merupakan bagian penting untuk Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBK). Dengan adanya Destana, warga desa akan mampu mengenali karakter wilayah, potensi kebencanaan, dan cara penanganannya.

BACA JUGA : Jateng Siap Sukseskan Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah ke-48

”Minimal warga paham akan kebencanaan, mengerti titik kumpul dan karakter wilayah dan berkoordinasi dengan unsur relawan ataupun BPBD, dalam penanganan lanjutan bencana,” tuturnya di Semarang, Rabu (5/2/2020).

Di Jateng sendiri, sejak 2009 pemerintah provinsi selalu menganggarkan dana untuk pembentukan Destana. Pada 2020 ini, rencananya akan dibentuk 29 desa tangguh bencana baru. Sehingga total Destana bentukan Pemprov Jateng mencapai 115. Sedangkan akumulasi jumlah Destana di Jateng mencapai 416, hingga akhir tahun ini.

Jumlah Destana ini dirasa belum ideal, dengan total desa di Jateng yang mencapai 7.809. Namun dia menghimbau, agar dalam penanggulangan, semua pihak ikut terlibat. Tidak hanya pemerintah dan masyarakat, dunia usaha pun diharap ikut turut serta.

Dikenal sebagai “lumbung” bencana, pembentukan Destana di Jateng dinilai penting. Karena pada 2019 jumlah kebencanaan mencapai 2.627 kejadian, dengan total rumah rusak berat 896 unit, rusak sedang 1.685 dan 8.636 rusak ringan. Ada pun jumlah korban jiwa mencapai 39 orang, dengan 199 luka-luka. Dari sisi materil, kerugian yang diakibatkan bencana mencapai Rp 86.030.205.000.

Namun demikian, dalam pembentukan Destana tidak melulu lekat dengan campur tangan pemerintah provinsi dan kabupaten maupun pusat. ”Pemerintah desa, dalam hal ini kepala desa bisa mengalokasikan Alokasi Dana Desa (ADD), yang berfungsi sebagai biaya opeasional Desa Tangguh Bencana,” tandas Sudaryanto.

Heri Priyono-Riyan