KUDUS – Pelaksanaan pemungutan suara Pilkades di 115 desa di Kudus, Selasa (19/11) diwarnai sejumlah kericuhan. Meski tidak mengganggu pelaksanaan, namun kericuhan tersebut sempat menjadi perhatian masyarakat.
Di desa Getaspejaten, Kecamatan Jati, kericuhan muncul di arena sekitar TPS yang didirikan di lapangan desa. Kericuhan diduga akibat gesekan antar tim sukses yang berusaha mempengaruhi pemilih yang datang.
“Informasinya tadi sempat ada sedikit keributan. Tapi langsung bisa diselesaikan, “kata Abu Bakar, Kasi Kesbang pada Kantor Kesbangpol, Kudus saat memantau TPS Getaspejaten.
Menurut Abu, diduga keributan muncul ketika antar timses saling mempengaruhi pemilih. Meski langsung dapat diatasi, namun pihaknya langsung melakukan pemantauan intensif di lokasi.
Dari pantauan, suasana coblosan Pilkades Getaspejaten memang cukup ramai. Dengan TPS ditempatkan di satu lokasi, konsentrasi massa terkumpul di lokasi tersebut.
Panasnya persaingan terlihat dari banyaknya timses yang beroperasi di pintu masuk TPS. Setiap calon menempatkan beberapa ibu-ibu dan remaja putri untuk menjadi among tamu bagi pemilih.
Para among tamu tersebut menyalami pemilih sembari membisikkan calon mana yang hendak didukung. Namun demikian, panlih tidak melarang praktik tersebut.
Dihadang
Sementara, kericuhan lain juga sempat terjadi sehari sebelum coblosan. Di Desa Ngemplak, Kecamatan Undaan sempat muncul keributan ketika ada timses calon yang berkeliling kampung sambil membagikan nasi kotak disertai atribut calon.
Aksi tersebut akhirnya memunculkan reaksi dari pendukung calon lainnya. Mereka menilai apa yang dilakukan timses tersebut merupakan pelanggaran.
“Sempat terjadi kericuhan dan nyaris ada adu fisik karena aksi tersebut dilakukan di hari tenang, “kata Yono, warga Ngemplak.
Namun demikian, kericuhan tersebut akhirnya bisa diredam. Para tokoh masyarakat yang turun akhirnya bisa meredam keributan tersebut.
Ketua Komisi A DPRD Kudus, Nurhudi mengimbau masyarakat untuk menjaga kondusifitas wilayahnya. Meski berbeda pilihan, jangan sampai ada tindakan yang mengakibatkan suasana tidak kondusif.
“Semua harus menyadari Pilkades ini hanya pesta demokrasi lima tahunan. Setelah coblosan, semua akan jadi tetangga dan saudara lagi, “ujarnya.
Suarabaru.id/Tm