KEBUMEN – Kabupaten Kebumen kini memilik kampung pengolah garam di sepanjang pesisir pantai selatan yang mampu memproduksi garam 36 ton. Kampung garam itu tersebar di 12 kelompok petambak garam dan mendapat binaan dari tiga kementerian, yaitu Menko Kemaritiman, Menko Perekonomian serta Menteri Kelautan dan Perikanan.
Kampung garam Kebumen Kebumen tersebut bersama unit pengolah usaha garam di Pantai Desa Mirit Petikusan, Kecamatan Mirit, Kebumen, akan diresmikan Selasa (24/9) mendatang, bersamaan kampanye gemar makan ikan yang rencananya juga mengundang Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kebumen Laode Haslan didampingi Kabid Usaha Perikanan Sigit Dwi Purnomo dan Ketua Kelompok Usaha Garam “Jagad Kidul” Desa Mirit Petikusan, Kecamatan Mirit, Puji Santoso, di Ruang Media Center, Kompleks Pemkab, Rabu (18/9). Acara dipandu langsung Kabag Humas Setda Kebumen Drs Budhi Suwanto MSi.
Menurut Kabag Humas Setda Kebumen Budhi Suwanto, perkembangan usaha garam rakyat di Kabupaten Kebumen sangat potensial. Apalagi daerah ini memilki kawasan pantai sepanjang 57 kilometer di pesisis selatan. Usaha garam rakyat itu sekaligus bisa melengkapi potensi pantai selatan Kebumen di bidang pariwisata dan perikanan laut.
Bupati Kebumen KH Yazid Mahfudz pun antusias dengan perkembangan usaha garam rakyat di Kebumen. Pihaknya mendorong agar secara perlahan produksi garam di pantai selatan bisa memenuhi kebutuhan garam konsumsi dan garam industri di Kebumen. Apalagi air laut sebagai bahan baku garam Kebumen masih jauh lebih bersih dibanding Pantura. Bahkan garam Kebumen berpotensi dikembangkan bukan hanya untuk garam konsumsi, namun juga untuk industri, farmasi hingga untuk kecantikan dan spa.”Bupati berharap ke depan konsumsi garam rumah tangga bisa dicukupi dari usaha garam rakyat setempat,”tandas Budhi Suwanto.
Mengikuti Pelatihan di Cilacap
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kebumen Laode Haslan menerangkan, sebenarnya usaha garam rakyat di Kebumen baru dimulai secara resmi sejak 2018. Kala itu 16 Februari 2018 pihaknya bersama beberapa kelompok petambak garam diundangi acara penyuluhan perikanan pemanfaatan tunnel pengolah garam rakyat di Pantai Bunton, Adipala, Cilacap bersama Balai Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Tegal, di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan. Setelah itu pihaknya mengikutkan sekitar 30 orang perintis petambak garam rakyat di pesisir Kebumen dalam pelatihan.
Menurut Laode, sejak itu para petani petambak garam di Kebumen semakin bergairah. Bahkan mereka tak segan bergotong royong membeli peralatan pengolahan garam sampai puluhan juta rupiah. Modal tersebut untuk membeli peralatan demplot tunnel dari berbagai bahan, sepert pipa paralon, mesin pompa, plastik dan lainnya. Tunnel dalam bahasa Inggris artinya terowongan. Pembuatan garam dengan sistem tunnel adalah membuat bak-bak penguapan yang dilapisi plastik HDPE di bagian bawah, ditutup plastik UV di bagian atas dan di desain seperti terowongan.
Bahkan produksi garam rakyat di Kebumen sampai Juli lalu sudah mencapai 36 ton. Itu dihasilkan dari 12 kelompok petambak garam di Desa Mirit Petikusan Kecamatan Mirit, Desa Kaibon Kecamatan Ambal, Desa Tanggulangin Kecamatan Klirong, Desa Surorejan, Waluyorejo dan Sidoharjo Kecamatan Puring.
Pihaknya juga memperoleh bantuan dari APBD Provinsi Jateng senilai Rp 200 juta serta dari APBD kabupaten Rp 140 juta untuk bantuan pembuatan demplot sistem tunnel usaha garam rakyat. Bahkan produksi garam rakyat Kebumen telah diuji laborat (SNI) dengan hasil kandungan NaCL (natrium clorida) 95,75, artinya kandungan garam dapur telah memenuhi syarat sehingga untuk garam konsumsi tergolong sangat bagus.
Kabid Usaha Perikanan Sigit Dwi Purnomo menambahkan, target produksi petambak garam rakyat di Kebumen saat ini yakni 7-8 ton per bulan. Sedangkan potensi maksimal dari 12 kelompok petambak garam rakyat di Kebumen mencapai 200 ton/bulan. Hal itu berdasar perhitungan konsultan dari Unsoed Purwokerto. Namun masih ada beberapa kendala, mulai perlunya perluasan area demplot hingga menambah peralatan produksi. Diharapkan pula pada 2020 anggaran dari APBD Kebumen maupun bantuan Provinsi lebih meningkat.
Suarabaru.id/Komper Wardopo