BLORA – Musibah kebakaran pada asesoris boiler pabrik gula (PG) PT GMM Bulog, Minggu (2/12), telah diketahui penyebabnya, yakni bukan faktor human error, melainkan terdapat pipa yang berlubang.
“Ada pipa yang berlubang, mengakibatkan perangkat boiler PG terbakar,” jelas General Manager (GM) PT Gendhis Multi Manis Bulog, Bambang Subekti, Minggu (9/12).
Dari pipa yang berlubang (berongga) itulah, bagasse (ampas) tebu kering yang selama ini digunakan untuk bahan bakar pemanas bioler (ketel uap) keluar dan menimbulkan percikan api, jelasnya.
Menurut Bambang Subekti, bahan bakar pabrik gula (PG) Blora saat musim giling tebu rakyat banyak memanfaatkan bagasse (limbah batang tebu) sebagai pemanas boiler.
“Meski bukan human error ( kesalahan manusia), kebakaran Mingu lalu membuat kami harus selalu waspada, dan berhati-hati,” tambah Bekti.
1,5 Bulan
Menurutnya, hitungan sementara kerugian akibat kebakaran mencapai Rp 1,2 miliar, saat ini sedang dalam penanganan pihak lembaga penjamin (asuransi), dan butuh waktu sekitar 1,5 bulan untuk perbaikan
Diberitakan sebelumnya, raungan sirine mobil pemadam kebakaran (damkar) Pemkab Blora, Minggu (2/12), menarik perhatian masyarakat pengguna jalan raya untuk menepi serta memperlambat laju kendaraannya.
Tiga mobil damkar yang sebelumnya stand by di halaman Kantor Satuan Polisi Pamong (Satpol PP), melaju kearah barat setelah mendapat berita pabrik gula (PG) PT Gendhis Multi Manis Bulog diinformasikan terbakar.
Benarkah PG dengan peraih rekor rendemen terbaik nasional itu terbakar ? “Iya terbakar, tapi hanya pada bagian asesories pemanas unit boiler,” jelas GM PG setempat, Bdekti, panggilan femilier Bambang Subekti.
Menurut Bekti, berkat kesigapan jajarannya dan bantuan damkar milik Pemkab, kebakaran bisa dengan cepat teratasi, tidak merembet ke unit lainnya.
Perangkat pemanas ruang boiler (ketel uap) itu, digunakan saat PG menggiling tebu. Lantaran saat ini tidak giling tebu, kebakaran itu tidak mengganggu produksi harian raw sugar, tambahnya.
PG pelat merah (BUMN) yang berlokasi di Desa Tinapan, KecamatanTodanan, Blora tersebut, terbagi dalam beberapa departemen, masing-masing Plantation, Pabrik, Office, Logistic, Marketing, Procurement, dan HRD.
Kemampuan giling mencapai 6.000 Tcd (6.000 ton) tebu perharinya, dan berhasil mengembangkan program tebu fotlot (tebu bersih) pertani dari Blora, Gobrogan, Rembang, dan sejumlah daerah di Jatim dengan rendeman terbaik nasional.(suarabaru.id/wahono)