blank
Tradisi Wilujengan Mitoni yang nyaris punah digelar di Kudus. foto: ist

KUDUS (SUARABARU.ID) – Wilujengan Mitoni adalah tradisi untuk merayakan tujuh bulan kehamilan bagi masyarakat Jawa. Tradisi yang nyaris punah ini kembali digelar oleh Najla Adjani Mahendra, warga Puri Dhalem Kalingga Murdho Djati, Blok Kulon Gebog Gondosari, Kudus, Rabu (26/2).

Acara yang sarat dengan nilai budaya ini berlangsung meriah dan khidmat, dihadiri oleh keluarga besar serta tamu undangan yang turut menyaksikan prosesi adat Jawa yang penuh makna.

Sebagai bagian dari tradisi tujuh bulanan kehamilan, Wilujengan Mitoni diisi dengan berbagai ritual sakral seperti siraman, sungkeman, dan pagelaran wayang kulit. Acara ini mendapat sambutan hangat dari para tamu yang hadir, mengingat nilai filosofi yang terkandung dalam setiap prosesi.

Acara ini diselenggarakan oleh Keluarga H. Kamal Mustofa untuk menyambut cucu pertama mereka. Momen ini tidak hanya bentuk Pelestarian Budaya, akan tetapi mengembalikan lagi Tatanan Leluhur dimana di dalamnya ada nilai nilai leluhur yg sangat mendalam . Salah satu sorotan utama dalam acara ini adalah pagelaran wayang kulit oleh Ki Purbo Asmoro yang membawakan lakon “Tumuruning Wahyu Wiji Sejati” dalam format pakeliran padat, memberikan hiburan sekaligus pesan moral bagi para hadirin.

Tradisi mitoni yang di pandu  oleh Pengantin Production pimpinan Ibu Dani Mukti asal Yogya yang berkolaborasi denga Max Production kudus, memang mampu menyihir tamu yang hadir.mereka seakan terbawa dengan kearifan lokal disetiap prosesi, seperti saat sungkeman dimana seorang anak memohon doa restu kepada aorang tuanya saat menjelang proses persalinan, di mana tradisi tersebut kini semakin digerus jaman dan ditinggalkan .

Kamal Mustofa, perwakilan dari keluarga besar, merasa sangat terhormat bisa menjalankan tradisi ini dengan penuh khidmat.

“Ini bukan hanya tentang merayakan kehamilan, tetapi juga menyambung doa dan harapan untuk calon anak yang akan lahir. Semoga tradisi ini terus dijaga oleh generasi mendatang,”ujarnya

Dengan tradisi ini, diharapkan semakin banyak masyarakat yang memahami pentingnya menjaga kearifan lokal dan merayakan momen penting dalam kehidupan dengan nilai-nilai budaya yang luhur.

Kamal Musthoga yang juga salah seorang  wiraswasta tersebut mengaku menggelar tradisi Jawa menjelang kelahiran cucu pertama nya tersebut dengan juga menjaga budaya lokal agar tidak punah

“Ya salah satunya juga menjaga dan melestarikan budaya lokal agar tidak punah mas,karena prihatin jika sampai anak cucu kita tidak mengenal budaya nya sendiri,”katanya.

Sementara itu Retno Aisah Maharani  salah seorang warga Gebog Kudus yang hadir mengapresiasi dan takjub dengan tradisi prosesi mitoni ini. Mahasiswi UMK Kudus ini tak menyangka jika dan mengaku baru tahu ada tradisi sakral.

“Wah keren dan sangat berbudaya jawa sekali mas,kesakraklan dan kearifan lokal serta menjunjung nilai nilai luhur budaya Jawa sangat kental sekali” tutur gadis berusia 21 tahun tersebut.

Ali Bustomi